17. TAWURAN

830 64 0
                                    

THE DARK masih di tempat, kejadian tadi yang mereka tonton membuat cowok-cowok itu jadi malas untuk berpindah tempat, padahal bel sudah berbunyi sejak tadi, murid-murid pun sudah tak ada yang terlihat di kantin itu, hanya ada mereka saja.

"Ini kok gue jadi mager gini ya?" tanya Bryan yang mengunyah kuaci.

"Sama gue juga" sahut Daniel.

"Lo mah ngikutin gue mulu, serem tau ga? Naksir ya lo sama gue?"

"Idih najis banget! Ada Zetlyn kenapa harus milih lo!"

Ke 3 nya tertawa tapi tidak dengan Kenan, seperti biasanya saja, ia hanya mendengar teman-temannya itu berbicara tanpa mau merespon mereka.

"Nan! Semenjak kejadian lo ngelaporin si Zetlyn kayanya lo ga pernah ke tempat billiard lagi ya?" tanya Genta yang meneguk minuman milik Daniel.

"Punya gue tuh!" sang pemilik minuman itu menyadari juga minumannya sudah lama Genta minum.

"Minta, pelit!"

"Bukan minta itu mah namanya, ngerampok!" kesal Daniel.

"Shuutt ah! Berisik, gue lagi nunggu jawaban Kenan nih, diem dulu mulut lo!" Genta memfokuskan lagi dirinya pada Kenan, sedangkan Daniel sudah Chiko tangani dengan memasukan plastik tempat kuaci ke mulutnya. Tega sekali memang si cowok sipit ini.

"Ga, males" jawab Kenan seadanya.

"Yailah, nunggu lama-lama jawabannya gitu doang!" kini Genta yang kesal.

"Sukuuuurrr!! Azab dari gue itu langsung nyampe, jangan maen-maen makanya sama gue!" Daniel tertawa puas.

"Jelek tawa lo kek babi di shaun the sheep, diem aja udah!" timpal Genta yang lagi-lagi meneguk minuman Daniel.

"Dasar ganteng-ganteng ga tau diri! Udah minta-minta pake ngehina lagi!"

"Kata siapa gue ga tau diri? Nih gue diri!" Genta berdiri dari duduknya seraya merapikan seragamnya yang di keluarkan lalu duduk kembali.

"Si botak upin-ipin juga tau kalo itu diri!" Daniel kembali melawan omongan Genta.

"RIBUT AJA TERUS SAMPE NENEK LO  MUDA LAGI!" lerai Chiko yang menjewer telinga keduanya layaknya seorang ibu-ibu yang sedang memarahi anaknya.

"Berisik napa! Kantin udah sepi! Ada guru baru tau rasa lo!" Bryan yang tampak jengah melerai ke 3 cowok itu dengan benar, tidak seperti Chiko tadi.

"Males kenapa, Nan? Biasanya selain club sama balap motor, itu juga favorit lo kan?" tanya Bryan.

"Yaiya, lagi males aja. Nanti juga kesana" Bryan hanya mengangguk mengerti.

Bukan itu sebenarnya alasan Kenan, karna ia sudah tahu tempat billiard itu milik papanya Zetlyn dan di tambah lagi sekolah ini pun masih miliknya jadi Kenan sedikit was-was jika nantinya tertangkap basah lalu di laporkan, ia tak ingin kejadian yang Zetlyn alami malah berbalik kepadanya, sebab itu saat ini Kenan tak mau ambil resiko.

"Enak ya makan kuacinya!" sentak Pak Anhar yang sudah bertolak pinggang menatap ke 5 laki-laki itu.

"Enak banget, pak! Sini makanya gabung, pesen kopi deh biar tambah enak, Kenan yang bayar kok, santai aja pak sama kita mah" sahut Daniel sekenanya.

"Eh goblok! Sadar!" Chiko menendang sepatu Daniel.

"Astagfirullah! Ampun pak!" Daniel hanya cengengesan.

"MASUK!" teriak Pak Anhar itu dengan nada yang menjulang tinggi.

"Iya pak, ini mau, iya" ucap Genta yang sudah beranjak dari tempatnya.

THE GENGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang