57. RUMIT

199 13 5
                                    

Kemarin adalah hari terakhir Zetlyn diantar jemput oleh Ferrel, artinya tiga hari kedepan ia memiliki kebebasan untuk memakai motor, mobil dan kartu ATMnya sebelum fasilitas itu disita.

Zetlyn kini berada di balkon kamarnya bersama gitar dan Vape kesayangannya, ia memetik senar itu berbarengan dengan hembusan asap yang keluar dari mulutnya. Petikan dari senar gitarnya mengalunkan lagu yang berjudul Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan milik Payung Teduh, lagu itu adalah lagu favorit Zetlyn karna memiliki intro yang sangat indah, terlebih lagi lagu itu memiliki kenangan tersendiri baginya.

"Tak terasa gelap pun jatuh.."

"Diujung malam, menuju pagi yang dingin.."

"Hanya ada sedikit bintang malam ini.."

"Mungkin karna kau---"

"De" panggilan itu menghentikan Zetlyn yang tengah bernyanyi, dengan cepat ia menoleh pada sumber suara.

"Kenapa?"

Tak langsung menjawab orang itu malah duduk menemani Zetlyn.

"Ada apaan sih pa?"

"Gak ada apa-apa, papa bosen aja"

Zetlyn terdiam menatap Ferrel. "Ah papa gak jelas"

"Nyanyi lagi dong, papa mau ikutan"

"Papa gak akan tau lagunya, ini lagu jaman now"

"Wah ngeledek papa kamu ya?"

Dengan mengisap Vapenya Zetlyn tertawa.

"Jangan banyak merokok de, kamu merokok iya minum juga jalan, gak baik buat kesehatan"

"Papa juga samanya"

"Lho papa kan merokok aja, sekarang minum dikit aja rasanya gak kuat"

"Inget umur makanya pa"

Ferrel dibuat gemas dengan jawaban Zetlyn, ia mengacak rambut gadis itu dengan lembut.

"Kakakmu kemana sih? Jam segini belum pulang juga, mau ikut-ikutan dihukum kali dia"

Zetlyn menggeleng.

"Coba kamu telpon de, handphone papa di kamar"

Zetlyn terdiam sesaat, rasanya tak mungkin jika ia menolak perintah papanya, ia pun meletakan gitar itu dan mengambil handphonenya lalu mencari kontak Arga.

Tuutt..
Tuutt..

"Halo, dimana?"

"Luar"

"Mau balik--"

"Gak usah ngatur, kalo udah waktunya balik juga gue balik"

"Papa nyariin"

Tutt..

Sambungan telpon itu terputus namun Zetlyn masih menempelkan handphonenya di telinga.

"Oh yaudah, jangan balik terlalu malem"

"Hm hati-hati"

"Apa katanya?" tanya Ferrel.

"Masih di luar katanya pa, bentar pulang"

Ferrel mengangguk lalu bangkit dari duduknya. "Yaudah papa ke kamar ya, lama-lama disini dingin, kamu juga harus tidur besok sekolah"

"Iya paa"

Lagi-lagi Zetlyn menghisap rokok elektriknya itu, ia menghembuskan asapnya dengan malas. Syukur telpon tadi tidak di loudspeaker jadi Ferrel tak mendengar apa yang sebenarnya Arga ucapkan, Zetlyn tak ingin kerenggangan antara mereka berdua di ketahui oleh kedua orangtuanya, karna sebelumnya mereka tak pernah seperti ini. Sejak kecil Zetlyn dan Arga pun tidak pernah meributkan hal-hal kecil, Arga selalu mengalah pada sang adik dan Zetlyn tak pernah berlarut marah sampai berhari-hari.

THE GENGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang