Seperti biasa ke delapan gadis itu terus saja bertanya apa yang terjadi, dan sedikit membuat Zetlyn gerah, namun karna Zetlyn yang sudah sangat profesional terhadap sifat dan sikapnya, ia hanya bisa berdiam diri tidak menjawab satu pertanyaan pun yang teman-temannya beri.
"Lin cerita dong elah" keluh Dayra yang mungkin sudah lelah membujuk Zetlyn.
"Tau sih Lin. Lo di jampi-jampi ya Lin? Apa di apain sampe gamau ngomong begini" timpal Kenzie.
"Akh! Cape gue anjing! Liat muka gue Lin, Gue cape bujuk lo!" Tegas Alexa dengan memalingkan wajah Zetlyn kehadapannya.
Tak lama bel pulang berbunyi, dengan angkuhnya Zetlyn menenteng tas dan keluar kelas tanpa memperdulikan teman se-gengnya itu.
"Dih, tengil gayanya! Kalo si mecin yang begitu gue rasa dah gue timpuk nih pake meja, untung om lo yang punya sekolah Lin" geram Alexa lalu menyusul Zetlyn, tak lupa gadis-gadis itu pun mengikutinya.
Mereka berjalan di koridor dengan santai, namun ada yang aneh disini, semua orang masih tertuju pada Zetlyn, gadis itu masih tenang, mengganggap di koridor itu hanya ia seorang diri, Zetlyn tau sebabnya mengapa ia masih di tatap heran oleh banyak orang, jawabannya sudah akurat, pasti karna ia tadi sempat berurusan dengan Kenan namun tidak ada yang terjadi di antara keduanya, ntah perkelahian, adu omong, atau apapun itu.
"Biasa aja kali tuh mata, gue jual mata lo mau lo?!" sentak Kenzie mengagetkan gadis yang baru saja melewati mereka, gadis itu tanpa berani langsung menundukkan kepalanya.
"Sabar napa bu, PMS ye?" tanya Cristy.
"GAK! GUE EMOSI NIH GARA-GARA BU KETU!"
Sedetik dari itu, Zetlyn berbalik badan. "Berisik tolol! Lo mau mulut lo yang gue jual?!" tanya Zetlyn santai namun dengan raut wajahnya yang masam, aura Zetlyn hampir menyerupai psikopat di film-film.
Kenzie terkejut dengan wajahnya yang panik ia tak bisa berkutik. "Engga Lin engga, ampun, bercanda gue"
"HAHHAHAHAHAHA" gadis-gadis itu menertawai nasib Kenzie yang mengenaskan, sedangkan Zetlyn melanjutkan lagi perjalanannya menuju parkiran.
"Hai cantik.." Sapa Vano, seperti biasa ia selalu menghalangi jalan pulang gadis itu.
"Aduh makasih banyak Van, jadi baper gue" ucap Mora yang menutup mulutnya dengan malu-malu.
"Heh! Bukan ke elo sarminah!" jawab Caterine seraya menarik rambut Mora.
"Najis pede banget lo HAHAHA" tawa Dayra membeludak.
Zetlyn masih terdiam tak menghiraukan orang-orang itu.
Vano memegang lengan Zetlyn. "Lin, sama gue yuk? Temenin gue cari sesuatu" dengan senyumannya yang melebar si bule itu terlihat sangat tampan.
"Van, gue kasih saran, senyum lo jangan gitu, emang kalo gue pingsan lo mau tanggung jawab?" ucap Caterine dengan ringannya, namun Vano terus saja tersenyum.
"Dih, samanya lo! Najis!!" tangan halus milik Mora kini sedikit menampar Caterine.
"Eh sakit gila!"
Agatha yang menyaksikan pertengkaran itu langsung menyumpal mulut mereka dengan snack yang ia genggam. "Berisik lo pada! Puyeng pala gue"
"Ih enak, lagi dong Ta, kurang" pinta Caterine dan Mora yang merampas snack itu.
"Sialan" umpat Agatha.
Vano sedikit tertawa karna gadis-gadis itu, lalu memalingkan lagi wajahnya pada Zetlyn. "Gue tau lo ga bawa mobil ataupun motor, jadi gimana Lin? Mau ya? Sebentar aja kok gak lama, nanti pulangnya gue anter juga, ga akan gue biarin lo pulang sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GENGS
Dla nastolatkówKisah geng badboy dan badgirl yang tak mau kalah saing, kedua geng inilah yang cukup di segani oleh setiap murid. Bisa di bilang mereka adalah musuh bebuyutan yang selalu membuat onar. Akan berujung seperti apa mereka akhirnya? Ntahlah.