Kini Zetlyn berada di ruang musik. Ia memangku gitar dan memetiknya membuat suara dari gitar itu bernada dan mengalunkan sebuah lagu. Seperti biasa ia tidak ikut ke kantin dengan teman-temanya, ia akan makan nanti ketika bel masuk sudah terdengar.
"Ekhm.." suara berat itu membuat Zetlyn harus berhenti memainkan gitarnya mendongak mencari tahu siapa yang datang.
Orang itu mengambil gitar di pojok sana dan duduk di samping Zetlyn, walau banyaknya jarak di antara mereka.
"Ngapain lo?" ketus Zetlyn menatap orang itu yang sudah memainkan gitar di pangkuannya."Gue nanya lo!" sentak Zetlyn karna tak mendapat jawaban dari orang itu.
"Maen gitar lah, lo ga liat gue lagi ngapain? Mata lo rabun? Minus? Apa gimana? Jangan-jangan katarak lagi" jawabnya yang membalas tatapan Zetlyn. Tapi gadis itu hanya diam dan memetik gitarnya lagi.
"Ternyata lo bisa maen gitar juga? Kirain gue dari kelas 10 lo sering masuk ruangan ini buat ngacak-ngacak doang"
"Kok tau?" batin gadis itu.
"Sembarangan banget kalo ngomong. Ga cuman gitar, semua alat musik di ruangan ini juga gue bisa!" kesal Zetlyn yang selalu saja jika berdekatan dengan orang ini ia selalu naik darah. Siapa lagi kalo bukan Kenan.
"Santay aja kali. Gue percaya kok"
Apa?
Percaya?
Semudah itu?
Dengan nada mengalah?
Ini benar Kenan?
Ah masa iya?
Zetlyn melotot tak percaya, sangat aneh untuk Kenan dengan perkataannya yang seperti itu. Zetlyn pikir kenan pasti akan menjawab 'Masa? Gue ga percaya!'.
Tapi fakta nya? Sangat jauh dari ekspetasi."Kenapa lo diem? Kaget kalo gue percaya sama lo?"
"Engga biasa aja" jawabnya membuat Kenan tertawa.
Coba ulangi?
Kenan tertawa?
Memang bisa?
Ya ampun sangat tampan!
Gadis itu mengalihkan pandangannya ke mana saja asal jangan memandang Kenan.
Sangat jelas ketampanan itu di ingatannya. Baru kali ini Kenan menampilkan tawanya yang membuat siapa saja bisa menjerit kegirangan. Selama ini Zetlyn hanya bisa mendengar tawa seorang Kenan tanpa bisa melihatnya, tapi sekarang? Tawa itu benar-benar ada di hadapannya."Lo sakit?" tanya Zetlyn mendadak.
"Engga"
"Mau bilang makasih sama gue?" tanyanya lagi.
"Ngapain bilang makasih?"
"Soal kemaren, mungkin" jawab gadis itu sedikit ragu.
"Engga juga"
"Terus?"
"Apanya yang terus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GENGS
Teen FictionKisah geng badboy dan badgirl yang tak mau kalah saing, kedua geng inilah yang cukup di segani oleh setiap murid. Bisa di bilang mereka adalah musuh bebuyutan yang selalu membuat onar. Akan berujung seperti apa mereka akhirnya? Ntahlah.