56. MUSUH BARU?

218 11 0
                                    

"Pa, sebentar lagi aku ulangan kenaikan kelas, aku pulang duluan gak bisa pa? Banyak pelajaran yang kelewat" tanya cowok berkaos cream itu pada sang papa.

"Tapi urusan kita belum selesai disini"

"Urusan sekolahku di Indonesia juga penting pa" ucapnya meyakinkan.

Pria yang sudah berumur itu hanya menatap laki-laki dihadapannya yang sedari tadi tak berhenti memohon.

"Terserah"

Senyuman terukir dibibir Vano, ya, lelaki yang sedari tadi memohon untuk pulang ke Indonesia adalah Vano Alvaro. Entah sudah berapa lama ia berada di Belgia bersama papanya karena sebuah masalah muncul dengan mendadak.

"Lusa aku pulang ya pa"

Edwin---papa Vano---- hanya terdiam tak membalas ucapan anak itu.

"Papa juga harus pulang secepatnya ya, kita gak boleh lama-lama disini terus"

"Kamu mau tinggal di Indonesia atau di Belgia, Van?" tanya Edwin dengan matanya yang sendu.

Vano menggeleng seakan itu bukan pertanyaan penting baginya. "Belum tau, Pa. Nanti aja obrolinnya ya, aku mau packing dulu"

----------

"Akhirnya beres juga ya" ucap Bram yang sedang mengemudi mobilnya.

"Gak mau lagi ya aku ikut-ikutan, pusing!"

Bram tertawa. "Belajar dari sekarang menghadapi masalah yang rumit, biar nanti gak kaget kalo masalah itu terulang lagi. Kesalahpahaman, fitnah-memfitnah, saling menjatuhkan itu bakal kamu temui didunia kerja nanti. Papi bawa masuk kamu ke masalah itu juga gak sembarangan lho, itu semua biar kamu ngerti"

"Kalo kasus tadi kita kalah, gimana pi?" tanya Satria yang memandang Papinya dengan rasa penasaran.

"Bangkrutlah kita, gak akan ada lagi yang mau kerjasama sama papi"

"Kalo bangkrut langsung miskin?"

"Jangan sampai. Papi masih cari cara biar itu gak terjadi"

Satria terdiam mengingat betapa lelahnya menghadiri perdebatan dimeja hijau beberapa minggu ini. Perasaan gelisah, takut, bingung bersatu padu setiap harinya, laki-laki yang terkenal tenang itu harus menghadapi masalah yang sebelumnya belum pernah ia temukan dikehidupannya namun sang papi tiba-tiba menyeret anaknya dalam masalah itu.

Ia memejamkan matanya seraya menarik napasnya dengan panjang. "Pasti tugas sekolah numpuk"

"Kalo cuma ngeluh jalan keluarnya gak akan ketemu, jalanin aja dengan enjoy" ucapan Bram dengan senyumannya membuat Satria mengangguk mengerti.

Akhir-akhir ini Vano dan Satria memang terlibat masalah yang cukup rumit yang mengharuskan mereka benar-benar terfokus pada masalahnya masing-masing. Tapi, tidak menutup kemungkinan untuk keduanya yang selalu update tentang apa yang terjadi di Sekolah.

Terakhir Vano meninggalkan Indonesia ia sudah tahu mengenai hubungan Kenan dan juga Zetlyn yang sudah resmi berpacaran, sebab itu setiap harinya Vano memohon agar bisa pulang lebih cepat. Sedangkan Satria, ia belum tahu pasti tentang hubungan Kenan dan Zetlyn namun dari beberapa info yang ia dapat kedua sejoli itu memang sedang menggemparkan satu sekolah karena kelakuan mereka yang setiap harinya sangat tidak tertebak dan berubah-ubah.

----------

Pandangan Zetlyn fokus ke depan, ia menikmati kemacetan di pagi ini dengan sangat santai tanpa takut merasa telat padahal kini jam menunjukan pukul 7:45.

"Kalo gini mending ade berangkat sendiri aja, pa" ucap Zetlyn pada Ferrel

"Gak bisalah, sesuai perjanjian harus 3 hari, gak boleh kurang gak boleh lebih"

THE GENGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang