bab 10

860 127 20
                                    

Apa boleh kita menyebut Arjuna Kandita sekarang? Tentu saja. Author lebih nyaman nama itu. Ahay... Yuk lanjut baca

Happy readinh💕🥰❣️ vote komen yah🙏🙏
.
.
.
.
..

Kandita masuk dengan pelan ke kamar Nenek. Wanita tua itu membuang mukanya saat Arjuna masuk dengan membawakannya makanan.

"Ayo liat, Kandita bawa apa buat Nenek," ucap Kandita meniup-niup sambal terasi dengan aroma khas tersebut.

Nenek yang memang sangat lapar tergoda dengan aroma itu namun ia tak ingin menerimanya.

"Ngapain lagi kamu ke sini, mau menertawakan saya?" ucap Nenek dengan ketus.

"Untuk apa Kandita menertawakan Nenek. Masa sesama gak bisa masak saling menertawakan sih?"

"Lihat, bahkan kau sudah mengejekku," ucap Nenek. "Keluar, aku ndak mau lihat kamu di sini!" usir Nenek mendorong Kandita. Ia menutup pintu dengan keras.

Kandita mengetuk kamar Nenek.

"Nek, Nek. Aku becanda kok, jangan ngambek sama Kandita. Ini makan siang Nenek gimana? Nenek harus minum obat loh, kalau Nenek telat minum obat. Nanti Nenek sakit," ucap Kandita dari luar.

Tak lama pintu kamar Nenek terbuka dan menunjukkan diri Nenek. Ia mengambil nampan yang Kandita pegang.

"Aku mau memakannya agar aku ndak mati, bksa gawat kalau aku mati, nanti cucuku kamu kuasain sesuka hati!" ucap Nenek dengan ketusnya.

Kandita ikut masuk di belakang Nenek.

"Astaga Nek. Kok ngomong gitu sih, Nenek masih sehat loh. Gak baik ngomong mati-mati," ucap Kandita mengamati Nenek sedang makan.

"Kenapa kamu lihat saya!" ucap Nenek ketus.

"Abis Nenek cantik," ucap Kandita spontan membuat wanita tua itu sedikit bersemu.

"Nek, kita jalan-jalan yuk, hmm gimana kalau kita ke pasar malam?" ajak Kandita di sela Nenek makan.

"Kau pikir Nenek anak kecil yang mau di bujuk ke pasar malam?"

"Lah kenapa, kan pasar malam seru, banyak wahana di sana. Kandita suka."

"Kalau kamu suka ya pergi saja sendiri. Kenapa ngajak saya toh," ucap Nenek.

"Nek ayo lah, mana tau dengan ajang ini kita lebih dekat," ucap Kandita dengan berani bergelayut di lengan Nenek.

"Aduh, siapa yang mau dekat denganmu!" ucap Nenek melepaskan pagutan Kandita padanya.

Nenek sedikit tertarik, di lubuk hatinya juga ingin ke pasar malam. Sudah lama ia sejak muda tak pernah ke sana.

Keduanya ternyata benar pergi ke pasar malam.

***

"Ma, Kandita di mana, Ma?" tanya Surya pada Mamanya.

"Masih di kamar Nenek tadi, kenapa, Sur?" tanya sang Mama.

"Ibuk Kandita udah telpon ini Ma," jelas Surya jika calon mertuanya sudah menanyakan keberadaan anaknya mengingat ini sudah malam.

"Oh iya toh, sudah malam. Antar Nak Kandita pulang Sur. Gak baik anak gadis pulang malam-malam," ucap Mama.

"Bukan anak gadis Ma," ralat Surya.

"Ya ampun, Mama lupa terus. Abis Nak Kandita cantik sekali sampai lupa kalau Nak Kandita laki-laki," ucap Mama.

"Benar, Ma. Kandita cantik banget ya Ma. Cepatan napa nikahin aku sama Kandita," ucap Surya tak sabar.

"Eh, kamu bujuk dulu itu Nenek kamu. Kasian Kandita tau. Tadi Nenek suruh Kandita buat sambal terasi," jelas Mama.

Mas SuryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang