bab 44

660 122 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10 jam sebelum pemeriksaan Kandita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


10 jam sebelum pemeriksaan Kandita

Sore itu Kandita dan Nenek Dona tengah berbelanja di supermarket, dari kejauhan Nenek Tami melihat mereka, ia juga melihat Dona temannya, sehingga sakit hati mulai menguasainya lagi. Dari dulu perselisihan mereka kerap kali terjadi, Nenek Dona yang memiliki cucu laki-laki yang sangat sempurna selalu diagungkan di perkempulan mereka sehingga Tami cukup kesal di mana cucu laki-lakinya yang tak bisa ia banggakan karena Loli hanyalah seorang transgender sehingga ia menjadi terobsesi untuk menjatuhkan Dona setiap saat. Hal pertama Tami berhasil, ia merebut sesuatu yang sangat dicintai Nenek Dona, yaitu Kandita bahkan ia juga berhasil mempengaruhi cucunya Loli untuk membawa Kandita yang sangat sempurna untuk melengkapi cucunya, namun sial, cucunya dari awal sebenarnya tak tertarik dengan Kandita, ia hanya tertarik dengan laki-laki, namun karena tuntutan mengharuskan dia untuk memiliki keturunan. Ia terpaksa mengikuti apa yang Neneknya katakan untuk membawa Kandita. Sialnya laki-laki cantik itu terlepas dari cucunya dan kembali lagi pada cucu musuh bebuyutannya, bahkan Dona pernah sekali membawa Kandita ke acara perkumpulan mereka. Dona begitu memamerkan Kandita apalagi laki-laki cantik itu tengah hamil sekarang. Sesuatu yang sangat diinginkan keluarga Loli.

"Aku harus menghancurkan kebahagiaan mereka," ucap Tami mendorong keras troli yang ia pegang ketika secara tidak sengaja lagi dan lagi ia melihat Kandita dan Dona.

Sialnya usahanya kembali gagal, tapi keberuntungan memang selalu menghampirinya. Ketika ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya, ia kembali melihat Kandita da Dona bersama, sepertinya Kandita ingin memeriksa kan kandungannya. Ternyata benar dugaan Dona.

Dengan jahat ia membayar seorang dokter kandungan yang ia kenal untuk menghilangkan kebahagiaan Kandita.

***
Lorong yang cukup sepi di sebuah rumah sakit yang cukup besar seperti ini membuat Kandita dan Nenek Dona heran ketika seorang Suster membawanya untuk pergi ke ruangan Dokter kandungan. Mereka sedikit heran kenapa Suster membawanya ketempat yang tak biasa. Namun Kandita dan Nenek Dona tetap mengikuti tampa curiga. Mungkin saja dokter kandungannya mengganti ruangan periksa.

Tapi ketika ia baru saja tiba di depan ruangan Dokter, Kandita melihat pemandangan yang berbeda.

"Maaf, saya sudah membuat reservasi bersama Dr. Nana, kenapa Dokternya berbeda, Sus?" tanya Kandita pada suster yang mengantarnya pergi bertemu dokter.

"Dr. Nananya hari ini ada jadwal operasi mendadak, Tuan. Dr. Jameslah yang menggantikannya.

"Kenapa Dr. Nana tidak bilang apa-apa?" ucap Nenek.

"Hmm, begitu ya? Sudahlah, Nek. Semua Dokter kan sama saja," ucap Kandita tak masalah.

"Kau yakin, Kan?" ucap Nenek sedikit gelisah, entah mengapa ia memiliki perasaan yang buruk.

Kandita mengangguk dan berjalan menghampiri Dokter kandungan yang menggantikan Dr. Nana.

"Selamat siang Tuan. Senang sekali bertemu seseorang yang sangat istimewa seperti anda. Perkenalan saya Dr. James, ahli kandungan," ulur tangan Dr. James pada Kandita.

"Selamat siang, Dok. Saya Kandita," balas Kandita.

"Bolehkah saya memeriksa anda?"

Kandita melakukan pemeriksaan seperti biasanya. Tidak ada hal yang mencurigakan. Namun sesuatu pemeriksaan yang berbeda membuat Kandita sedikit bertanya.

"Tidak apa Tuan. Kami hanya memberikan vitamin, karena kehamilan anda sudah masuk 5 bulan. Saya memberikan vitamin khusus untuk perkembangan janin anda," ucap Dr. James ketika ia meminta izin untuk memberikan suntikan yang ia katakan sebagai vitamin.

"Tapi saya takut dengan jarum suntik, Dok?"

***

Seorang laki-laki tidak dapat berkonsentrasi sedikitpun, hari ini adalah jadwal pemeriksaan Kandita, namun karena pertengkaran kecilnya dengan Kandita, laki-laki itu tak mengikuti Kandita sehingga ia hanya menunggu Dr. Nana.

Pesan wathsapp

Surya : Selamat siang Dok. Apa istri saya sudah sampai?

Dr. Nana: Belum Pak, Surya. Apa anda tidak bersama istri anda?

Surya : Tidak Dok, istri saya pergi bersama Nenek saya saja. Hmm bagaimana mereka belum tiba ya, mereka sudah berangkat dari tadi.

Dr. Nana : Benar juga, Pak. Seharusnya Tuan Kandita sudah tiba. Ini sudah waktunya janji temu. Tidak biasanya Tuan Kandita terlambat.

Pesan itu cukup membuat Surya gelisah, seharusnya istrinya sudah tiba, namun Dr. Nana mengatakan kalau Kandita dan Nenek Dona belum tiba di sana.

Surya akhirnya menurunkan ego-nya untuk menghubungi sang istri. Sebelumnya ia tak pernah meminta baikan sebelum Kandita yang memintanya. Semenjak Kandita hamil laki-laki cantik itu selalu mengalah pada Surya padahal kenyataannya Kandita bukanlah seseorang yang mudah membujuk, namun setelah menikah sepertinya sikapnya berubah.

Drrtttt drtttt drttt....

Ponsel Kandita terus berdering sehingga ia harus melihat. Karena Kandita cukup takut di suntik ia menudanya dengan mengatakan kepada Dr. James kalau ponselnya berdering.

'Sia!' batin Dr. James kesal. Pekerjaannya tertunda karena seseorang menghubungi Kandita.

'Mas Surya?'

"Siapa, Kan?" tanya Nenek ketika Kandita memasukkan kembali ponselnya.

"Maaf Tuan, apa bisa saya menyuntikkannya sekarang?" potong Dr. James semakin tak sabar.

"Nek?" Kandita melihat Nenek. Ada raut ketakutan di wajah Kandita.

"Tidak apa, itu cuma jarum suntik," ucap Nenek memberikan kepercayaan.

"Benar Tuan. Tidak akan sakit, seperti digigit semut saja kok?" sambung Dr. James menyakinkan.

Kandita menghela nafasnya, hampir setengah jam Dr. James meyakinkannya.

"Baiklah, tapi pelan-pelan ya, Dok," ucap Kandita memberikan pergelangan tangannya untuk mendapatkan suntikan yang dokter gadungan ini katakan.

Dr. James menyeringai, sebentar lagi pekerjaannya akan selesai. Namun baru saja ia akan menyuntikkannya pada Kandita, laki-laki cantik itu tiba-tiba menarik tangannya. Ponselnya benar-benar mengganggu.

"Apa sih, Mas!" ucap Kandita setelah menekan tombol hijau.

"Kau di mana, Kan! Jika seseorang sedang memeriksamu keluar sekarang!" teriak Surya dengan suara yang sangat cemas.

Kandita seketika menoleh melihat Dokter dengan wajah yang kesal juga melihatnya.

"Kau siapa?" ucap Kandita, handphone-nya yang di telinga ia turunkan.

"Maksud, Tuan?" ucap Dokter itu, ia seperti mengambil ancang-ancang jika dirinya ketauan.

Kandita menggeser pandangannya pada Nenek yang ternyata sudah pingsan, suster berdiri di sampingnya dengan memegang suntikan.

"Kan! Kenapa kau diam! Jawab, Kan! Kau di mana!" ucap Surya semakin cemas.

Ia sudah di rumah sakit.

"Dari CCTV rumah sakit, dia bukan Dokter di sini, Pak. Bahkan Suster itu juga," jelas pihak rumah sakit setelah memeriksanya.

"Jika terjadi sesuatu dengan istri dan calon anakku. Rumah sakit ini akan saya tuntut!" ucap Surya mengepal tangannya. Ia tak bisa tenang sebelum menemukan Kandita yang tiba-tiba menghilang.

Bersambung....

Mas SuryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang