"Mas, apa kau masih marah padaku?" ucap Kandita mendekati suaminya. Ia baru saja selesai mandi."Mas, lihat aku ih. Kamu mau aku pergi lagi?"
Surya yang mendengar ucapan istrinya barusan langsung menolehkan kepalanya melihat Kandita dengan tatapan kecewa.
"Maaf..." ucap Kandita menundukkan wajahnya sehingga Surya mengambilkan dagu lancipnya untuk di angkat.
"Kan? Apa kau tau berapa cemasnya Mas hari ini?"
"Siapa suruh kau pakai acara merajuk segala. Kau tidak bisa melihat bayi-bayi ku kan?" ucap Kandita dengan sebuah rengutan.
"Kan!"
"Mas.... Hey, aku baik-baik saja. Sungguh, tadi hanya ada orang gila. Aku dan Nenek hanya membantu mengembalikannya ke rumah sakit jiwa. Kenapa kau malah melibatkan polisi segala sih? Istrimu baik-baik saja sayang." Kandita mengecup pipi suaminya dengan bibir yang basah. Kandita belum cukup mengeringkan diri.
Surya menoleh, ia memiringkan tubuhnya ke samping. "Mas sangat takut kehilanganmu lagi, Kan," ucap Surya menjatuhkan kepalanya di bahu Kandita.
"Nyatanya aku masih bersama mu, Mas." Kandita memberikan pelukannya. Suaminya sangat gemetar tadi. Ia tau dan Kandita bertekad tidak akan memberikan ketakutan pada suaminya lagi.
"Maafkan aku ya, Mas. Maaf mengatakan mu sangat posesif dan terlalu mengekangku," ucap Kandita sambil mengusap rambut suaminya sehingga Surya menegakkan kepalanya.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Abis tadi kau sangat serius ketakutannya, Mas."
"Kan!"
"Mas... Aku tau kau begitu karena mencintaiku, bukan?"
"Tidak, tapi sangat mencintai kalian," ucap Surya menjatuhkan tangannya di perut Kandita.
"Jangan seperti tadi lagi. Mas akan mati jika sesuatu terjadi pada kalian." Kedua mata Surya penuh dengan kaca yang rapuh.
"Aku berjanji, Mas. Tidak akan membuatmu takut lagi dan berjanji jugalah untuk terus memaafkan istri mu ini."