bab 14

736 126 11
                                    

Selamat malam semua, semoga dalam keadaan sehat.

Selamat membaca fan jangan lupa vote dan komentar nya🥰😘
.
.
.

Tidak terduga, hampir saja Nenek merestui Kandita. Kini ia urungkan lagi karena Kandita cukup mengacaukan acara berkebunnya. Kandita masih berusaha meminta maaf. Ia sangat menyesal karena Nenek harus mendapat perawatan sekarang.

"Ada apa ini, Ma?" tanya Surya. Setelah menerima telpon dari Mamanya tadi. Surya bergegas pulang. Namun saat di perjalanan Mamanya kembali menelpon agar Surya datang ke rumah sakit karena Nenek harus mendapat perawatan.

"Mas...?" ucap Kandita yang sepertinya menangis.

"Kan, ada apa? Kenapa di rumah sakit? Bukannya kau sedang berkebun dengan Nenek?" tanya Surya.

"Tadi ada insiden sedikit Sur," jelas Mama.

"Astaga, jadi Nenek bagaimana?"

"Sedang di periksa."

Kandita sangat cemas dan terpukul. Ia selalu salah dalam mengerjakan sesuatu. Apa memang ia tak pantas untuk Surya yang begitu sempurna. Kandita menjadi tak percaya diri apalagi Nenek secara terang-terangan tak menyukainya dari awal sehingga Kandita mulai kehilangan harapan. Ia perlahan mundur meninggalkan kesalahannya. Hingga semua orang yang tengah sibuk mengurus Nenek tak menyadari Kandita sudah pergi dari sana.

Kandita berjalan tampa tujuan, sejak dulu ia sangat benci bergantung pada orang lain. Ia menganggap orang lain hanya melihatnya aneh. Tak ada satupun orang yang mau menerimanya dengan keadaan seperti ini sehingga Kandita sangat sedih sekarang. Baru saja ia memiliki harapan, namun telah terpatahkan dengan segala kekurangan yang ia miliki.

Kandita baru saja tiba di sebuah kafe. Seperti biasa ia selalu mengundang teman-temannya. Win dan Bri untuk berkeluh kesah. Namun sayangnya keduanya tengah bekerja sehingga Kandita semakin menyesali dirinya yang begitu buruk. Di mana seseorang seharusnya bekerja seperti teman-temannya. Namun ia masih menangisi nasipnya sendirian.

Ia keluar dari kafe tersebut. Kandita masih meratapi dirinya. Banyak orang yang ia lihat begitu sibuk melakukan sesuatu. Sedangkan dirinya selalu gagal melakukan sesuatu. Bahkan untuk mengambil hati seseorang Kandita harus bertumpah darah.

"Dek, keluarkan mobil saya," ucap seseorang nenek-nenek memberikan kunci mobil pada Kandita.

Kandita langsung menoleh, apa nenek-nenek ini mengira ia tukang parkir? Sial, ternyata benar. Kandita berdiri di lahan parkir. Jelas saja orang lain akan mengira dia seorang penjaga parkir saat ia berdiri terlalu lama di sana.

"Apa aku harus melakukan ini?" ucap Kandita menghela nafas lelahnya.

"Ya ampun Nek, aduh. Maaf Mas," ucap seorang gadis yang baru saja tiba.

"Mas?" Sebutan dari gadis tersebut membuat Kandita tersadar dengan bentuk fisiknya. Benar, dia sepeti Mas-Mas bukan seorang gadis seperti gadis yang begitu cantik di depannya.

"Nenek saya pasti keliru mengira anda tukang parkir. Maafkan Nenek saya ya Mas. Soalnya Nenek saya meiliki pandangan yang buruk," jelas gadis tersebut terlihat begitu malu pada Kandita karena Neneknya.

"Nenek, bagaimana bisa kau mengatakan pemuda ini tukang parkir," gumam gadis itu berbisik pada Neneknya.

"Ya ampun. Maafkan saya. Saya tadi juga heran, mana ada tukang parkir setampan adek ini?" ucap Nenek itu.

"Tidak apa Nek. Jangan merasa bersalah," ucap Kandita. Ia tak tega pada Nenek yang meminta maaf.

"Tetap saja Mas, maafkan Nenek saya ya," ucap Gadis itu tak enak.

Mas SuryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang