bab 42

789 114 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kebahagiaan yang paling sempurna itu adalah saat seseorang menikah dan memiliki seorang anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kebahagiaan yang paling sempurna itu adalah saat seseorang menikah dan memiliki seorang anak. Begitu juga yang Surya rasakan, meskipun dia menikahi pria, namun Tuhan memberikan pria istimewa padanya.

"Mas, geli ah. Sejak pulang kau tidak berhenti mengelus perutku," keluh Kandita saat suaminya mengelus perutnya tampa henti.

"Dengan begitu bisa mengurangi mual Mas, Kan," ucap Surya memanjangkan bibirnya.

Dokter menjelaskan kondisinya jika Surya sekarang mengalami sindrom couvade.

Sindrom couvade yang dialami para pria menjadi salah satu dampak adanya perubahan hormon pada para pria. Meningkatnya hormon prolaktin dan kortisol menyebabkan para pria mengalami gejala morning sickness seperti yang dialami oleh ibu hamil.

Perubahan hormon ini dapat dikaitkan dengan rasa kekhawatiran pria yang akan menjadi seorang ayah. Tidak hanya itu, terkadang rasa cemburu terhadap janin dalam kandungan yang dinilai menjadi pusat perhatian istri juga bisa menjadi penyebab seorang calon ayah alami sindrom couvade.

Stres yang dialami para calon ayah dapat menjadi tanda dari ketertarikan dan kebahagiaan para pria yang akan menjadi seorang ayah. Kondisi ini membuat para pria merasakan keterkaitan yang begitu mendalam dengan istri yang sedang menjalani kehamilan.

"Surya! Jangan bermanja pada Kandita. Ayo berdiri, Ayah mau bicara," ucap Joni. Ia harus mengintrogasi putranya.

"Apalagi sih, Pa. Surya cuma mau bersama Kandita!" rajuk pria dewasa itu memeluk Kandita dari samping.

"Ya ampun, lihat anakmu itu, Ma!" tunjuk Joni dengan geli melihat tingkah laku putranya yang tak malu bermanja.

"Alah, kau tidak seperti itu saja saat Desi hamil anakmu. Bahkan aku masih ingat, kau sangat parah dulu. Istrimu yang hamil kau yang keluar masuk rumah sakit," potong Nenek Dona, ia ikut duduk di samping Kandita.

"Aku tidak cengeng sepertinya, Buk."

"Siapa yang tidak cengeng sih, Pa. Apa kau lupa saat perutku mau besar kau malah berhenti bekerja agar kau tak berpisah dariku dulu. Jauh sedikit kau malah menangis seperti bayi."

Mas SuryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang