bab 38

735 112 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit yang biru dengan awan yang sempurna membentuk suasana cerah di langit tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit yang biru dengan awan yang sempurna membentuk suasana cerah di langit tinggi. Kandita dan Surya sedang melakukan perjalanan untuk pergi berbulan madu, ia memilih kursi bisnis di atas pesawat. Mereka melakukan perjalanan ke Swiss.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Surya. Sejak tadi Kandita meremas tangannya sendiri.

"Seharusnya aku yang bertanya, Mas, apa kau baik-baik saja? Sejak naik kau sudah tiga kali muntah."

Laki-laki besar itu seperti memanyunkan bibirnya. Ia tak biasa jet lag di pesawat seperti ini.

"Sini, kita oleskan minyak angin lagi," ucap Kandita memberikan tubuhnya pada Surya. Surya masuk diantara dada Kandita agar ia merasa hangat.

Kandita melonggarkan tiga kancing atas kemeja milik Surya lalu ia basahi dengan minyak telon yang pramugari berikan tadi ke dada Surya.

Kemudian ia juga melonggarkan celana milik Surya sehingga laki-laki yang sedang dimanja itu mendongak.

"Jangan sekarang. Mas tidak yakin bisa bangun," ucap Surya dengan bibir bebeknya.

"Mas, kau mikir apa sih? Aku cuma membuat perutmu nyaman. Jangan aneh-aneh deh," keluh Kandita tak habis pikir dengan suaminya. Ia mencubit pipi Surya dengan gemes.

"Ya mana tau kau mau itu sekarang," ucap Surya kembali mendongakkan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya mana tau kau mau itu sekarang," ucap Surya kembali mendongakkan kepalanya.

"Emang pikiran aku seperti Mas. Mesum melulu. Nah, sudah selesai. Ayo duduk dengan benar. Kau sangat berat Mas," ucap Kandita mendorong suaminya. Sungguh ia ikutan sesak dengan laki-laki besar yang bersandar padanya.

Mas SuryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang