bab 13

727 129 9
                                    

Selamat malam, selamat membaca semuanya fan jangan lupa beri vote sama jejaknya di kolom komentar.
.
.
.

Sejak Kandita tiba di rumah, ada beberapa panggilan telpon yang banyak hingga saat Kandita sedang berpikir entah no siapa yang menghubunginya sebanyak itu. Nomor itu kembali memanggil.

Kandita mengangkatnya, baru saja panggilan tersambung suara itu sudah Kandita kenali.

"Tenapa lama tetali angkat telpon Nenek?" ucap orang itu di sebrang sana.

Kandita masih tak kuasa menahan tawa karena Nenek kehilangan gigi palsunya membuat cara bicara Nenek seperti anak balita yang belum lancar bicara. Tentu saja hal itu membuat Nenek marah.

"Nek, Kandita cum-"

"Tamu memang tak ingin dilestui!"

"Nek? Tunggu dulu?" ucap Kandita berusaha menahan Nenek agar tak mematikan ponselnya.

Susah payah Kandita membujuk Nenek agar berhenti merajuk hingga ia ketiduran bahkan ia mengabaikan telpon dari Surya.

Pagi-pagi sekali Nenek juga sudah menelpon. Ia meminta Kandita datang dengan membawakan bubur ayam sehingga Kandita yang ingin lebih dekat dengan Nenek bergegas membawakan pesanan Nenek.

Ia baru saja tiba di rumah Surya. Nampak Mama terkejut dengan kehadiran calon menantunya.

"Nak Kandita? Ada apa sayang?" tanya Mama pada Kandita.

"Ne-nenek ada, Ma?" tanya Kandita ngos-ngosan. Ia berlari datang ke sini karena Nenek menatang dirinya harus datang 15 menit saja. Bahkan Kandita begitu telat sekarang.

"Tuan muda, Nenek sudah menunggu di belakang taman," ucap seorang Maid pada Kandita sehingga ia segera bergegas.

Ia melihat Nenek yang tengah duduk bersantai.

"Tamu telambat!" ucap Nenek pada Kandita.

Sungguh hal tersebut membuat Kandita ingin sekali tertawa, namun sebaik mungkin harus ia tahan agar Nenek tak merajuk lagi.

"Nek, tadi beli buburnya antri," keluh Kandita berjalan mendekat.

"Itu bukan ulusan saya!"

"Nek, jangan marah dong. Nanti cantiknya hilang loh," ucap Kandita berusaha menggoda.

"Mana bubulnya!"

"Owh, ini Nek," ucap Kandita berjalan bergegas.

"Kamu ngapain di sini! Sana, tanam bunga matahari buat saya!" perintah Nenek.

"Apa Nek? Berkebun?" kaget Kandita.

"Kenapa? Tidak mau?"

"Bukan gitu Nek, tapi-"

"Udah, tidak ada tapi-tapian, ambil tangkulnya, cetidaknya ada yang bica kau lakukan, selain tidak bica memacak!" perintah Nenek.

"Orang Nenek juga gak bisa," gumam Kandita.

"Tau bilang apa?"

"Aku gak bilang apa-apa?" ucap Kandita melihat wajah Nenek yang ingin marah.

Cuaca yang terik membuat Kandita sedikit kesusahan dengan kebun mini yang ia buat dengan Nenek. Namun ini cukup menarik bagi Kandita. Bahkan Nenek juga. Sepertinya ia menemukan kegemarannya dan Kandita mulai akrab dengan Nenek.

"Nek, ada tanah di wajah Nenek," tunjuk Kandita pada noda lumpur di wajah Nenek.

"Di wadah tamu juga," tunjuk Nenek pada pipi Kandita. Tapi ia malah menambahnya.

Mas SuryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang