Arjuna dengan mulutnya yang seperti bebek berjalan dengan kaki yang ia hentakan memasuki sebuah rumah sehingga Ayah dan Ibuk yang sedang mengobrol melihat heran kepada langkah siapa yang begitu berisik saat masuk ke dalam rumah tampa salam sedikitpun."Kandita?" ucap Ibuk. Anak laki-lakinya yang istimewa datang padanya dengan raut wajah yang cukup kusut.
"Kenapa kau tidak pulang dulu sih?" ucap Ayah hendak mengomel. Karena putra istimewanya baru saja pulang di sore hari.
"Ayah! Ibuk! Kenapa kalian tidak pernah bilang kalau Win dan Bri sudah menikah!" ucap Kandita menambah rengutannya.
"Kenapa kau berteriak pada kami? Kau lupa, siapa yang pergi dari mereka?" ucap Ayah tentang pertanyaan Kandita.
Kandita baru tau jika Win dan Bri ternyata sudah menikah dan yang lebih gila lagi. Sahabatnya yang cantik tengah mengandung sekarang sehingga mereka kembali bertengkar karena keduanya tak memberi tahu Kandita sedikitpun.
"Huft .. benar. Aku yang salah, kenapa aku harus marah? Tapi kok bisa ya, Buk? Mereka memiliki cinta padahal kami bersahabat?" ucap Kandita melempar pantatnya ke sofa.
"Ya bisa lah. Cinta itu bisa datang dari mana saja sayang. Memang mereka berteman. Mungkin saja mereka baru menyadari jika mereka saling mencintai. Bukannya anak Ibuk juga seperti itu?" ucap Ibuk mengusap rambut Kandita. Ia bersyukur putranya sudah kembali.
"Maafkan Kandita ya Buk. Sudah bikin kalian berdua susah, dan tidak pernah mendengar ucapan kalian," ucap Kandita mengambil tangan ibunya.
"Apa kau hanya minta maaf pada Ibukmu saja?" potong Ayah. Kali ini dia yang cemberut mengantikan Kandita.
"Iya Ayah. Kandita juga minta maaf pada Ayah."
Kandita juga memeluk Ayahnya setelah meminta maaf dengan tulus. Ketiganya berpelukan sambil melepas rindu.
"O iya Buk, Pak? Karena Win dan Bri juga sudah menikah. Kandita juga mau cepat-cepat menikah!" ucap Kandita tiba-tiba bangkit.
"Di mana Mama, Papa dan Nenek Mas Surya. Kandita ingin pernikahan Kandita harus diadakan secepat mungkin."