Malam semuanya yang nunggu story Mas Surya. Terimakasih kehadirannya di sini dan semoga masih betah nunggu upan nya...
Vote komen dulu ya..
Happy Reading
Arjuna malah di usir oleh Nenek keluar dari kamarnya.
"Nek, kok ngusir Kandita sih?" teriak Arjuna dari luar.
"Aduh gusti, tu anak kenapa cantik tenan?" ucap Nenek dari balik kamarnya. Ia masih bersikukuh kalau tak mau merestui Arjuna.
Saat makan siang, seperti biasa Nenek keluar dari kamarnya, ia hampir terkejut setengah mati melihat Arjuna duduk di depan pintu kamarnya.
"Kenapa kamu masih di sini toh!" ucap Nenek.
"Nungguin Nenek restuin aku sama Mas Surya."
"Gak mungkin!"
"Nek... " potong Surya datang dari belakang.
"Mas, ngapain di sini! Sana ah. Mas gak boleh ikut campur. Ini urusan aku sama Nenek," usir Arjuna pada Surya.
"Kan?"
Arjuna melihat Surya, ia menyakinkan Surya dengan tatapannya. Surya mengalah, meskipun ia sangat kasian melihat pujaan hatinya yang Nenek perlakuan. Dia saja cucu kandung gak sanggup mendengar ocehan Nenek. Apalagi Arjuna. Yang Surya tau, cukup egois.
"Kamu juga pergi sana! Nenek ndak mau lihat kamu di sini!"
"Aku udah bilang gak mau pergi sebelum Nenek restuin aku!" ucap Arjuna yakin.
"Kamu mau di restuin?"
"Iya Nek, aku mau pokoknya cepat-cepat nikah ama cucu Nenek."
Nenek memutar bola matanya malas. Ia berjalan meninggalkan Arjuna.
"Nenek, tunggu aku," teriak Arjuna mengejar Nenek.
Mereka berdua sudah di meja makan.
"Nenek lapar ya, Kandita ambilin ya," ucap Arjuna mengambilkan piring dan menyendok nasi untuk Nenek.
"Ayu, berhenti memasak," ucap Nenek pada seorang wanita yang sedang menyiapkan makan siang untuk Nenek.
"Loh Buk. Trus ini gimana toh?"
"Biar dia yang lanjutin," ucap Nenek menunjuk Arjuna.
"Aku Nek?"
"Lah iya, kamu bilang mau di restui, saya mau lihat kamu bisa gak masak."
"Masak?" ucap Arjuna. Inilah yang ia benci. Memasak. Bukan Arjuna tak bisa, tapi di rumah Arjuna Ibuk yang menyiapkan semuanya untuk Arjuna sehingga ia tak mengerti dengan urusan dapur.
Seperti sekarang, Arjuna terlihat bingung dengan masakan Ayu yang setengah jalan tadi.
"Liat apa kamu, itu lauknya gosong!" ucap Nenek. Arjuna masih memilah, apa yang harus ia kerjakan dulu.
Arjuna meraih spatula.
"Ini mah gampang, Nenek duduk saja. Kandita akan balik ikannya."
"Iya, itu di balik cepat, minyaknya mencrat-mencrat."
"Nenek duduk saja, nanti kena minyak."
Arjuna mulai membalik ikan meski ia kesulitan, tapi ikannya terbalik dengan sempurna.
"Sekarang apa?" gumam Arjuna melihat setumpuk cabe dan bawang-bawang.
"Ya buat sambal lah, Nenek mau sambal terasi!"
"Sambal terasi?"
"Iya, jangan bilang kamu gak bisa buat?"
"Bisa, siapa bilang aku gak bisa. Nenek lihat ya." Arjuna mengambil bawang, ia bingung bagaimana mengupasnya sehingga Nenek harus mencontohkan. Meski hasilnya kurang bagus, tapi siapa sadar itu benar atau tidak.