bab 12

751 136 28
                                    

Jangan lupa vote dan komen yah...
.
.
.
Happy Reading

Mereka masih saling menatap. Surya mengambil jemari yang terjatuh itu. Ia mengangkat tangan Kandita dari pahanya kemudian ia tuntun pada dadanya yang berdebar keras.

"Kau bisa merasakannya, kan? Betapa Mas mencintaimu," ucap Surya sekali lagi begitu dalam tentang perasaannya.

Namun di pikiran Kandita di penuhi dengan rasa yang baru saja ia rasakan tadi. Ya dia pertama kali menyentuh sesuatu yang belum pernah ia rasakan.

"Mas sangat ingin menikahi mu cepat-cepat. Apa tidak bisa kita menikah besok saja?" ucap Surya dengan mata teduhnya.

"Kan?" panggil Surya ketika Kandita hanya fokus menunduk. Padangannya tertuju pada celana Surya yang menggembung.

"Kan?" ucap Surya begitu lembut mengangkat dagu Kandita sehingga pandangan mereka bertemu.

"Liat apa sih?" tanya Surya mengusap lembut pipi Kandita.

"Mas?" ucap Kandita pelan, "Itu, Mas," tunjuknya pada sesuatu yang menarik perhatiannya.

Surya tersadar, ia cukup tergoda dengan calon istrinya sehingga kejantanan yang ia miliki menjadi baper. Ini memang bukan kali pertama. Setiap kali ia bersama Kandita. Itunya selalu baper.

Surya menghela nafasnya.

"Maaf, Mas akan mengurusnya nanti," ucap Surya. "Sekarang kita pulang ya," ucapnya memfokuskan pandangan ke depan. Ia ingin menjalankan mobilnya tapi Kandita tahan.

"Mas... " ucap Kandita.

"Ada apa, hmm?" tanya Surya.

"Hm, itu Mas, hmm," ucap Kandita ragu-ragu.

"Jangan khawatirkan, Mas. Nanti Mas akan mengurusnya."

"Mau aku bantu?" ucap Kandita tiba-tiba sehingga jantung Surya sedikit berdegup.

"A-apa yang kau katakan?" ucap Surya melihat Kandita yang masih menunduk melihat bawahnya.

"Kan?"

"Mas? Boleh aku melihatnya?" tanya Kandita.

"Kan?" kaget Surya.

Kandita menghela nafasnya ringan, ia hanya penasaran.

"Gak boleh ya?" ucap Kandita pelan.

"Mas takut gak bisa tahan sayang," ucap Surya menyatukan keningnya dengan kening Kandita.

"Kan gak papa, kita mau menikah juga. Aku hanya penasaran karena aku tak memiliki seperti mu meski aku seorang laki-laki, Mas," ucap Kandita jujur. Sebenarnya sudah lama ia ingin melihat yang sempurna.

"Benarkah, apa kita boleh?" tanya Surya senang. Ia pikir Kandita tidak ingin melakukan hal yang boleh dilakukan oleh seseorang yang sudah menikah saat mereka belum menikah.

Kandita hanya mengangguk polos.

"Aku mau sentuh sama lihat saja Mas," ucap Kandita masih memfokuskan matanya pada paha Surya yang menggembung.

"Kalau kamu udah lihat apalagi sentuh, Mas akan semakin pusing, Kan?" ucap Surya.

"Kenapa?" tanya Kandita penasaran.

"Kami ini lelaki normal Kan, kalau udah di lihat apalagi di sentuh pasti ingin yang lebih," ucap Surya menggelitik leher Kandita yang putih kemudian ia kecup di sana.

"Mph.... Massshhh, apa yang khau lakukhan.... " ucap Kandita meremang dengan kecupan-kecupan kecil di lehernya.

Surya benar-benar sudah dikuasai nafsu sekarang. Sungguh ia tak bisa berpikir dengan jernih dalam keadaan seperti ini. Apalagi Kandita mengutarakan niatnya ingin melihat milik Surya yang masih terkurung. Bukankah ia juga ingin melihat milik Kandita yang di sebut istimewa tersebut.

Surya mengambil jemari Kandita yang meremas pundaknya. Ia tuntun pada titik yang Kandita ingin sentuh tadi sehingga Kandita terkejut. Ia terasa semakin tumbuh.

"Mas?" ucap Kandita pelan menatap Surya.

"Kau yakin ingin melihatnya?" tanya Surya.

Kandita mengangguk kecil sehingga Surya semakin tak tahan. Ia seketika melumat bibir Kandita dengan tergesa-gesa sehingga Kandita sedikit terkejut.

Tangan Kandita yang masih bertengger di paha Surya tadi semakin Surya remaskan pada miliknya sehingga Kandita cukup mengerti. Ia remas dengan sendiri sehingga ia semakin keras.

"Mas? Kok makin keras?" tanya Kandita ketika ciuman mereka terlepas.

"Dia bangun sayang. Karena mu," ucap Surya merapatkan diri Kandita.

"Mas juga mau menyentuh dirimu, apa itu boleh?" tanya Surya menatap Kandita dalam.

Kandita hanya mengangguk dan menyerahkan diri dengan pasrah.

"Benarkah?" tanya Surya lagi. Ia mengelitik pinggang Kandita hingga turun.

Kaos Kandita yang longgar menjadi mudah bagi Surya untuk mengintip masuk sehingga tangannya yang panas sudah di perut Kandita saja. Ingin sekali ia naik. Tapi Surya menatap Kandita untuk meminta persetujuannya lagi.

Dan sekali lagi Kandita mengangguk pelan. Ia ingin sentuhan itu di tubuhnya. Dua orang yang di landa harsat itu kembali berciuman dengan tangan Surya sudah menyelinap masuk dan hampir di dada Kandita. Sedikit lagi ia bertemu biji ketumbar keduanya terkejut dengan dering ponsel sehingga Surya sedikit sadar.

"Astaga! Kan? Maaf," ucapnya menggrogoh sakunya. Ia terkejut setelah melihat siapa yang menelpon.

"Siapa Mas?" tanya Kandita.

"Ibuk, Kan," ucap Surya segera memfokuskan setirnya. Ia lupa jika hari sudah sangat malam. Jelas saja orang tua Kandita khawatir sekarang.

"Trus yang tadi gimana?" gerutu Kandita.

"Kan, sabar ya, kita akan memiliki waktu lain lagi."

"Kapan?" tanya Kandita

"Nanti, setelah menikah."

"Gak mau, aku penasarannya sekarang."

"Kan, gak boleh sayang. Hampir saja Mas khilaf."

"Berarti Mas gak cinta ya sama aku."

"Loh, kok gitu?"

"Abis aku gak boleh liat punya Mas!" rajuk Kandita.

Hingga ia tiba di rumah pun. Kandita masih merajuk. Ia membanting pintu dengan keras. Kandita masuk begitu saja melewati orang tuanya yang menunggu.

"Bu, salam. Maaf Surya terlambat membawa Kandita pulang," ucap Surya sungkan.

"Hmm, tidak apa, Nak. Tapi lain kali jangan seperti ini lagi ya. Bukan apa-apa Nak Surya. Ibu gak enak sama tetangga. Apalagi kalian mau menikah, pasti banyak fitnah yang akan datang," nasehat Ayah pada Surya sehingga ia merasa bersalah. Surya hampir saja melakukan hal yang tak boleh sebelum menikah.

Memang ujian untuk orang yang mau menikah itu sangat berat.

Surya baru saja tiba di rumahnya, seperti biasa ia selalu mengabari Kandita. Namun Kandita tak membalas pesan teks darinya. Kandita hanya membacanya saja sehingga Surya harus menelponnya tapi Kandita tak mengangkat sama sekali padahal Kandita sedang online sekarang.

Surya terus memberikan pesan, tetap Kandita hanya membaca saja sehingga Surya cukup khawatir. Apa Kandita marah padanya?

Hingga pagipun Kandita masih mengabaikannya sehingga pagi-pagi sekali ia harus ke rumah Kandita sebelum bekerja karena Surya tak tenang sama sekali.

"Nak Surya?" kaget Ibuk atas kedatangan calon menantunya pagi-pagi di rumahnya.

"Kandita ada, Bu?" tanya Surya tak sabar.

"Ada, di kamarnya. Kenapa Nak?" tanya Ibuk lagi. Sepertinya Surya terlihat gelisah sehingga ia bahkan langs menerobos masuk ke kamar Kandita.

Ibuk yang penasaran menyusul Surya. Ia takut putranya dan calon menantunya bertengkar.

Namun saat tiba di kamar Kandita.Keduanya nampak kaget, kamar Kandita kosong.

"Ke mana, Buk? Kok gak ada?" ujar Surya saat Ibuk memeriksa kamar mandi.

Bersambung.....

Mas SuryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang