Setelah pergi liburan, tubuh Kandita terasa cukup penat, selain melayani suaminya yang seperti banteng, menghadapi sikap Surya yang berubah seratus delapan puluh derajat seperti balita itu lebih melelahkan dari pada melayani sahwat suaminya. Kandita cukup pusing dan stres sehingga ia berpikir kenapa ia harus cepat-cepat menikah seperti sekarang.
"Kenapa kau melihat Mas seperti itu?" rengut Surya saat mereka sudah menaiki pesawat untuk pulang.
Kandita mengambil kesabarannya sejauh mungkin, "Sini, Mas pasti mual lagi, kan?" tanya Kandita ketika suaminya dengan wajah yang cukup merah menahan sesuatu.
Cepat Kandita ambil kantong plastik dan memberikan kepada suaminya, beruntung itu belum tumpah ke mana-mana.
"Jangan tutup muluuuut...." rengek Surya saat di sela muntahnya melihat Kandita yang menutup hidungnya.
"Enggak Mas, aku tidak tutup mulut." Dalam hati ia terkadang begitu khawatir. Ia sudah kesekian kalinya suaminya muntah-muntah namun anehnya beberapa saat kemudian ia terlihat baik-baik saja yang membuat Kandita tertawa sendirian, menurutnya suaminya cukup lucu apalagi ia merajuk dengan mudah, seperti saat Kandita menutup hidungnya ketika Surya muntah. Sungguh Kandita hanya tidak suka aromanya, namun Surya malah mengira Kandita jijik, meskipun itu benar, namun Kandita cukup sadar, jika sekarang dia harus menahan mulutnya yang tajam agar tak melukai perasaan suaminya.
Kandita sekarang lebih dewasa dalam berucap maupun bertindak, tak seperti Kandita yang dulu.
Setelah jet lag yang cukup parah, suaminya akhirnya tertidur di pelukan Kandita. Meskipun itu sangat berat namun Kandita nyaman-nyaman saja ketika suaminya menindihnya.
Ia selimuti tubuh suaminya dengan hangat dan ia belai agar Surya lebih damai ketika tertidur.
Tak terasa ternyata pesawatnya sudah mendarat, Surya menghabiskan waktunya dengan mabuk parah selama penerbangan. Ia turun dengan sempoyongan saat Kandita memapah tubuh suaminya.
"Kita makan dulu ya, Mas, sebelum kembali ke rumah. Kau sangat pucat," ucap Kandita pada suaminya.
"Mas mau makan bubur terong!"