Cuaca yang cerah sangat bagus untuk pergi berbelanja, seperti yang dilakukan Kandita dan Nenek Dona sekarang, mereka berdua tengah di supermarket."Bagaimana dengan ini?" ucap Kandita menunjukkan satu bungkus terasi pada Nenek Dona. "Apa Nenek mau Kandita membuatnya untuk Nenek? Sekarang Kandita sudah bisa membuat sambal terasi."
"Bukannya Nenek tidak mau, tapi kau sedang hamil sayang, jangan terlalu banyak melakukan pekerjaan," ucap Nenek mengusap perut Kandita.
"Hmp, padahal Kandita baik-baik saja kok. Yang tidak baik itu cucu Nenek. Huft ... sampai kapan sih Nek, Mas Surya berhenti menggantikan Kandita mual-mualnya?"
Ketika mereka berbincang, tak jauh dari mereka berdiri ada seseorang yang begitu jeli mengamati Kandita dan Nenek. Ia nampak kesal dengan mengepalkan jemarinya di troli yang ia pegang.
"Dia sangat tidak pantas mendapatkan keberuntungan itu!" ucapnya sambil mendorong troli itu ke simpang jalan di mana Kandita akan lewat bersama Nenek.
Bught!
"Kan!"
"Mas!"
Kaget mereka ketika Kandita hampir saja ditabrak troli yang melaju sangat kencang, beruntung Surya datang tepat waktu menghentikan laju troli tersebut.
"Siapa yang mendorong troli sangat keras!" teriak Surya, troli ini hampir saja melukai istrinya.
"Kan, kau tidak apa-apa, Kan? Ada yang sakit?" tanya Nenek pada Kandita begitu pun Surya.
"Aku baik-baik saja, Nek, Mas. Kau tidak apa-apa, Mas?" Kali ini Kandita yang khawatir, ia mengecek tangan suaminya, beruntung Surya baik-baik saja.
Kejadian tadi cukup aneh, Nenek tak berhenti memikirkannya.
"Sudah lah Nek, mungkin yang tadi hanya orang iseng saja. Jangan terlalu dipikirkan," ucap Kandita pada Nenek yang nampak khawatir.
"Orang iseng bagaimana katamu! Kalau Mas tidak datang kau pasti akan celaka!" ucap Surya juga khawatir.