• Yaudah, pergi aja •

2.9K 174 322
                                    

~ Ngga usah alay bang ~

Rumah dua lantai milik Bapak amato terlihat damai, tak seperti biasanya yang selalu ribut.

Terlihat, salah tujuh anaknya sedang bersantai di ruang tamu.

Punggungnya bersender nyaman di sandaran sofa, kedua kakinya saling meninindih.

Cemilan dan teh hangat menemaninya, semilir angin memasuki ruang tamu dari jendela yang dibuka.

Kedua tangannya memegang ponsel miliknya, menggulir layar ponsel nya dengan santai.

Suara video dan musik pun mulai memenuhi ruang tamu, tawa sesekali keluar dari mulutnya.

Gempa sesekali meminum teh hangatnya, membasahi tenggorokannya yang kering karena lama tertawa.

Anak bermanik emas itu menghirup aroma teh, menikmati kenyamanan waktunya dengan tenang.

Mood nya baik hari ini, karena tidak ada gangguan dari seluruh saudaranya atau ayahnya.

"Indahnya hari yang tenang" gumam Gempa pelan setelah meneguk teh.

Gempa meletakkan kembali cangkir tehnya, kembali merebahkan dirinya pada sofa ruang tamu yang empuk dan besar.

Seluruh tubuhnya dimakan oleh sofa, seperti anak kelinci diatas bantal besar.

Gempa menyamankan dirinya, lalu kembali menggulirkan layar ponselnya. Menyelami sosial media miliknya.

Tak berselang lama, seseorang datang menglangkah ke ruang tamu.

Dilihat dari pakaiannya, ia akan pergi keluar rumah. Baju khas pemain basket terpakai pas di tubuh proporsinya.

Manik ruby nya menilik layar ponselnya, sesekali jemarinya akan mengetik sesuatu untuk membalas pesan.

Sesaat melangkah di ruang tamu, telinganya mendengar suara tawa yang sangat ia sukai.

Halilintar langsung menoleh ke sofa, ada adiknya yang jarang terlihat seperti saat ini.

Bersantai dengan tenang, menikmati waktunya setelah bekerja seharian di rumah.

Senyum tipis Halilintar perlihatkan, ia mematikan ponselnya lalu melangkah mendekati Gempa.

"Gemes, Abang Hali tersayangmu pergi main baskeg dulu ya" ucap Halilintar.

Ini jika didengar oleh saudaranya yang lain, ia pasti akan di bully habis - habisan.

Pasalnya, ia tak pernah berada lembut dan alay seperti ini dengan lainnya.

Sifat aslinya hanya ia perlihatkan pada adik kesayangannya, terutama sifat manja dirinya.

Sedari dulu, Halilintar hanya mau bermanja atau berkeluh kesah didepan Gempa, adiknya.

Tak ditanggapi oleh Gempa, anak sulung Amato itu langsung menyerbu memeluk perut adiknya.

Menenggelamkan wajahnya pada pangkuan Gempa, mengusal - ngusal kepalanya meminta dielus.

Gempa terkekeh geli, sedari tadi ia sengaja mengabaikan kakaknya.

Ia hanya ingin melihat seorang laki - laki yang di cap dingin, bermanja dan meminta perhatian padanya.

"Gem, gemgem, gemoy, gemess !! Jangan abaikan abangmu dong" pekik Halilintar tiba - tiba.

Gempa akhirnya tertawa, ia mengelus surai kakaknya dengan lembut. "Stop geli"

Halilintar menjauhkan dirinya, ia duduk bersimpuh diatas karpet.

"Gemes nya Abang,  Abang ijin main basket sama duo alien ya. Abang pulangnya agak lambat jadi ngga ikut makan malam, jangan marah ya" ucap Halilintar dengan pelan.

𝘚𝘦𝘯𝘢𝘯𝘥𝘪𝘬𝘢 | 𝘙𝘢𝘯𝘥𝘰𝘮 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘉𝘳𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang