• 100% Sayang •

2.4K 156 123
                                    

[Not Ship! Sibling only]

Warn!

'Long Story'

Kali ini aman kok ✌️

•○•

~ Dengarkan musiknya saat membaca,
maka kamu akan merasakan kasih sayang, suka, dan tawa persaudaraan mereka ~

•○•

Musim pancaroba mulai datang, angin - angin semakin kencang menerpa pepohonan.

Seperti Taufan yang memanjat pohon mangga lalu mencuri buahnya, banyak daun pohonnya yang berjatuhan.

Tak hanya itu, cuaca kini mulai berubah - ubah.

Terkadang panas menyengat, seperti Blaze yang sedang membakar kandang ayamnya.

Kadang pula hujan disertai guntur, seperti Halilintar yang sedang menghukum Trio Troublemaker.

Untungnya, tak ada bencana alam gempa bumi yang datang. Semoga dunia ini aman selalu.

Mari berdoa terlebih dahulu.

Berdoa selesai.

Mari kita lanjutkan ceritanya~~~

Di pekarangan rumah minimalis berlantai dua, terlihat dua orang remaja laki - laki sedang berteduh di bawah pohon jambu.

Salah satunya sedang merebahkan dirinya di atas rumput yang terpotong rapi, sesekali bersiul menggoda burung yang lewat.

"Kiw, kiw, cantik banget burungnya" puji Blaze.

Remaja di sebelahnya hanya diam, menatap saudaranya dengan aneh. Ia menaikkan alisnya sebelah, dari wajahnya terbaca 'Lo sehat?'.

Remaja itu adalah saudara elemental yang terakhir, ia merekam kelakuan saudaranya yang mulai menggila.

Solar terus merekam tingkah aneh Blaze, semakin lama tingkah kakak apinya semakin tidak masuk akal.

Tak hanya burung yang di goda, mamang - mamang cilok yang lewat juga di godanya.

"Ui Abang tukang cilok, uii gantengnyaaa uiiii~~~"

Blaze bersiul rendah, memuji mamang cilok supaya mendapatkan sebungkus cilok geratis.

Mamang cilok yang sedang mengayuh sepedanya hanya menatap Blaze lelah, sudah setiap hari ia di jahili seperti ini.

"Ga usah puji - puji, saya emang ganteng" sahut mamang cilok malas.

Solar tetap merekam semuanya, sedari tadi ia berusaha menahan tawanya agar tidak pecah.

Blaze terbangun dari rebahannya, kini ia bersimpuh seperti melamar seseorang.

"Oh mamang cilok, tidak adakah cilok geratis untuk anak kecil ini?" tanya Blaze penuh dramatisir.

Mamang cilok mendengus pelan, sudah paham dengan tabiat salah satu anak - anak nakal di perumahan ini.

Ujung - ujungnya pasti minta cilok gratis, batin mamang cilok.

"Anak kecil yang lebih kecil dari kamu di blok sebelah aja punya uang, 100 ribu malah. Ente yang udah segede ini, malah engga megang duit" cibir mamang cilok dengan pedasnya.

Pecah sudah tawa Solar, ia tertawa terbahak - bahak dengan puas. Balasan mamang cilok langganannya memang selalu pedas.

Sepedas bumbu cilok miliknya, berasa di cabein 100 biji.

𝘚𝘦𝘯𝘢𝘯𝘥𝘪𝘬𝘢 | 𝘙𝘢𝘯𝘥𝘰𝘮 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘉𝘳𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang