"Pagiku cerahku~~
Solar bersinar terang~~
Ku gendong bebanku,
dipundak"Terdengar alunan lagu yang bernada riang, dinyanyikan dengan penuh semangat.
Beberapa lirik telah diubah sesuai dengan kata hati sang penyanyi, melupakan lirik aslinya.
Terlihat seorang remaja laki - laki baru saja datang dari lantai bawah, bernyanyi sambil menari sesuai alunan musik yang ada di pikirannya.
Bola ditangannya digerakkan ke kanan dan ke kiri, seolah sedang menari bersama.
Blaze sesekali bersiul, mengetuk semua pintu saudaranya dengan usil.
"Selamat pagi semua~~
Kunantikan Gemgem ku
Didepan pintuku, menantikan akuuu"Blaze melanjutkan nyanyiannya, membayangkan kakak tersayanganya tersenyum manis ketika ia membuka pintu Gempa.
Remaja nakal itu semakin mendalami nyanyiannya, ia menempelkan dirinya pada pintu kamar kakaknya.
Ekspresi wajahnya sedih, seolah tak pernah bertemu setelah sekian lama.
"Gempaku tersayang~
Gempaku tercintah~
Tanpamu, apa jadinya aku"Blaze memeluk bolanya erat, melupakan bekas kakinya yang kotor membekas dilantai.
"Ku tak bisa memasak~
Tak bisa cuci baju~
Gemgemku, aishiteru~"Nada panjang pun terdengar, Blaze dengan cengiran khasnya berdiri bangga di depan pintu kamar Gempa.
Ingin mengajak kakaknya untuk bermain dengannya, tangannya terhenti di udara ketika telinganya mendengar suara aneh dari dalam kamar kakaknya.
Tak mau berpikiran negatif, Blaze menempelkan telinganya pada daun pintu.
"Telan sayang~~ capek ngeluarinnya"
Ekspresi kaget memenuhi wajah Blaze, hilang sudah cengiran jahilnya.
Ia mendengar suara kakak sulungnya yang ambigu, pikirannya mulai dipenuhi dengan kecurigaan.
Ia kembali mendengarkan suara - suara aneh dari kamar kakak tersayanganya, memastikan pikirannya.
"Gem diem, susah nih masukinnya"
"Ta-tapi Solar... sakit! Abang Hali juga masukinnya terlalu dalem, sakit tenggorokan Gem"
Memuncaklah amarah Blaze, pikirannya mulai mengarah ke hal tak senonoh.
Wajahnya memerah, entah karena menahan amarah atau malu akibat mendengar suara Gempa yang serak basah.
Ia melempar bolanya asal, melampiaskan emosinya.
Baru saja mood nya bagus, sekarang sudah rusak berantakan karena mendengar dua saudaranya bermain dengan Gempa.
"Sialan, si gledek sama mamat sunlight mulai berulah" desis Blaze kesal.
Kedua tangannya terkepal kuat, ia semakin menaikkan lengan bajunya.
Mengumpulkan seluruh tenaganya, untuk mendobrak pintu kamar didepannya.
"A-abang Stop! Sakit, Solar juga diem dulu"
"Ngghh!"
Habis sudah kesabaran Blaze, ia mundur beberapa langkah dan mulai memasang badannya.
Merasa sudah siap, ia mulai berlari dan mendobrak pintu kamar kakaknya dengan kuat.
Sekali dobrak, pintu itu terbuka lebar. Manik jingga milik Blaze langsung menilik ke sekeliling kamar Gempa.
"Gem kamu dimana?!, jangan sembunyi kau abang gledek, mamat Sunlight, Main ngga ngajak - ngajak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘚𝘦𝘯𝘢𝘯𝘥𝘪𝘬𝘢 | 𝘙𝘢𝘯𝘥𝘰𝘮 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘉𝘳𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳
FanfictionStory spin off dari Elemental Daily, Secret Lullaby, dan Bentala [Hampir semua chapternya rate aman, kecuali beberapa yang sudah di kasi Disclaimer jadi bisa langsung skip ke next chapter] Pokoknya : - Kegabutan Elemental Brother - Ke overprotectiv...