• One 4 U •

2.7K 155 129
                                    

Au Boboiboy
Ship! Not Sibling!
HaliGem

~ Spesial Sweet Valentine ~

Happy Reading

》》》》


Hari senin merupakan hari pertama memulai kerja ataupun sekolah, tak ayal stasiun kereta api akan ramai walau jam masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

Suara derap langkah kaki saling bersahutan, pemberitahuan keberangkatan kereta api mulai terdengar.

Beberapa kereta api mulai mendenguskan mesinnya, bergerak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Peron - peron menuju kota besar terlihat sangat padat, bahkan antriannya cukup panjang.

Seseorang melangkahkan kakinya dengan tergesa - gesa, berusaha menembus lautan manusia dengan tubuh pendekknya.

Ia berpegangan kuat pada long coat coklat miliknya, bulan september mulai memasuki musim dingin.

'Semoga masih sempat!'

Nafasnya memburu, terlihat dari pergerakan dadanya yang tak beraturan. Kedua pipinya memerah menahan panas, ketika cuaca diluar lumayan dingin.

Kedua matanya tampak melebar, melihat kereta dengan tujuannya mulai menutup pintunya.

Ia kembali berlari kencang, mengabaikan orang - orang yang tak sengaja ia tabrak agar tak ketinggalan keretanya.

Untungnya, jalur menuju peron keretanya cukuplah sepi karena menuju perkotaan kecil.

Universitasnya cukup terkenal walau berada di perkotaan kecil, bersyukurlah ia bisa lolos dengan jalur beasiswa.

Tangannya terulur ke pintu kereta, berusaha mencegahnya tertutup. 'Aku mohon, ughh'

Sepertinya Dewi keberuntungan berpihak kembali padanya, seseorang membantunya untuk menahan pintu kereta.

Penolong itu juga menarik uluran tangannya dengan kuat, membuat keseimbangan dirinya goyah.

Kedua manik emas itu tertutup spontan, mampu ia rasakan pelukan hangat di pundaknya.

"Hey, kau tak apa?" seseorang itu menatap laki - laki di pelukannya.

Salah satu alisnya terangkat, kembali memikirkan untuk apa ia menolong orang lain.

Laki - laki bermanik emas itu mendongak ke atas, melirik kedua manik ruby yang menyala.

Sadar jika ia masih dipeluk, kedua tangannya secara spontan mendorong dada laki - laki tinggi dihadapannya.

Ia lalu menyampirkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga, memperlihatkan alat bantu dengar berwarna putih yang terpasang apik.

Menunjuk alat bantu dengar itu, lalu menggelengkan kepalanya pelan. Seolah memberitahukan jika dirinya tak bisa mendengar, ia tuna rungu.

Ia lalu menggerakkan tangannya, berusaha mengucapkan kalimat terimakasih dengan bahasa isyarat. "Terimakasih telah menolongku".

Laki - laki bermanik ruby dihadapannya hanya diam, sepertinya tak mengerti dengan arti bahasa isyarat yang telah ia pakai.

'Ah, aku lupa, dia pasti tak mengerti dengan bahasa isyarat' batin laki - laki bermanik emas itu.

Ia dengan gelagapan mencari ponselnya, membuka aplikasi note untuk mengetikkan kalimat terimakasih kepada sang penolong.

Sebelum ia menunjukkan ponselnya, laki - laki bermanik ruby itu mendorong ponselnya kembali.

𝘚𝘦𝘯𝘢𝘯𝘥𝘪𝘬𝘢 | 𝘙𝘢𝘯𝘥𝘰𝘮 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘉𝘳𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang