•Gempa?•

3.6K 178 677
                                    

Tak ada angin tak ada Taufan, keadaan dirumah elemental terlihat sepi dan kosong.

Hanya ada para cicak dan lalat yang berkeliaran dengan bebas, menghiraukan salah satu orang yang fokus dengan kegiatannya.

Diruangan pribadinya, berserakan barang pecah belah.

Baik itu botol eksperimen, tabung oksigen, raksa, timbangan, dan masih banyak lagi yang lengkap berisi cairan - cairan aneh.

Diantara tabung satu dengan tabung lainnya, terlihat di ujung tabung sedang menetes cairan berwarna merah muda.

"Hm, sepertinya berhasil" gumam Solar pelan.

Ia menjepit dagunya, ditangannya terdapat data - data yang harus ia lengkapi agar ramuannya berhasil.

Entah ramuan apa yang dibuat oleh Solar, banyak gelas bekas kopi tergeletak di meja belajarnya.

Biskuit yang dibuat khusus oleh Gempa juga telah habis, ia tak mungkin menyisakan apapun masakan Gempa.

Solar mengambil gelas kopinya yang terakhir, baru saja ia ingin minum ternyata sudah habis.

"Adoi habis pulakk, kopi buatan Gemgem memang paling enak" ujar Solar selagi mengambil ponselnya.

Ia malas turun, jadi dia mengirimkan pesan agar Gempa membawakan kopi dan cemilan untuknya.

Solar melempar ponsel miliknya ke kasurnya, ia meletakkan gelas kopinya sembarangan.

Dengan kuasa cahaya miliknya, ia langsung berlari ke toilet untuk kencing.

Belum lama pergi, seseorang mengetuk pintu kamar Solar.

Terbuka perlahan, ternyata Gempa datang membawa nampan berisi segelas kopi hangat dan beberapa biskuit coklat.

"Solar? Gem masuk yaa" ucap Gempa pelan.

Ia dengan hati - hati melangkah masuk ke kamar adiknya, menghindari beberapa barang eksperimen adiknya yang berserakan.

Gempa meletakkan nampan itu di meja belajar Solar, ia melirik sekilas kamar adiknya yang penuh dengan buku serta tabung reaksi.

Ia sering membantu adiknya, untuk membersihkan kamarnya yang berantakan.

Gempa lalu mengumpulkan gelas - gelas bekas kopi di sekitar kamar Solar, visa dihitung adiknya sangat gila kopi.

"Mulai besok aku harus mengurangi jatah kopinya" gumam Gempa pelan.

Manik emas Gempa melirik gelas yang berbeda dari yang lain, ia meraihnya karena penasaran.

"Sejak kapan aku membuat kopi berwarna pink?"

Gempa menghirup aroma kopi itu, hidungnya dipenuhi dengan aroma buah strawberry yang manis.

"Manisnyaa, Solar punya sirup enak kenapa disembunyiin sih" dumel Gempa tak terima.

Gempa mengecek lemari - lemari yang ada di kamar Solar, ia harus mendapatkan botol sirup ini sebelum adiknya kembali.

Tak menemukannya, Gempa pun terduduk di kursi belajar Solar.

Menyenderkan bahunya, ia seketika mau sirup strawberry milik adiknya.

"Masih banyak, aku minta dikit ngga papa kan ya? Toh Solar ngga tahu" bisik Gempa pelan.

Ia menangkup gelas itu, melirik keseliling kamar Solar dan pintu kamar mandi yang ternyata adiknya ada didalam.

Gempa tersenyum, "Solar adikku yang paling pinter, Gemgem minta dikittttt aja yaa"

"Iyaa Gem, minum aja ngga papa ko" bukan Solar tetapi Gempa yang menjawabnya sendiri.

Gempa terkikik pelan, ia langsung meminum sirup strawberry milik Solar.

𝘚𝘦𝘯𝘢𝘯𝘥𝘪𝘬𝘢 | 𝘙𝘢𝘯𝘥𝘰𝘮 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘉𝘳𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang