"Abang Fan, ayo turun makan malam dulu"
Suara teriakan Gempa terdengar dari arah meja makan, hidangan telah siap di atas meja makan.
Terlihat beberapa elemental brother berkumpul, bersiap untuk menyantap makan malam dengan lahap.
"Paha ayam goreng itu milikku!" pekik Blaze
Thorn dan Ice hanya mendengus keras, pasalnya potongan paha ayam hanya ada satu.
"Sistemnya, siapa cepat dia dapat" tangan Ice telah mengambil ancang - ancang untuk mencuri start.
Adu tatapan mata mulai beradu antara Blaze dan Ice, suasana dimeja makan mulai panas.
Gempa hanya menggelengkan kepalanya, senyum tipis masih terpantri di wajahnya.
"Jangan sampai meja makan ini terbalik, karena ulah kalian" desis Halilintar menatap semuanya.
Ponsel Solar telah siap terpasang pada Tripod, kamera mulai merekam kejadian di meja makan hari ini.
Manik emas milik Gempa menatap arah tangga dengan khawatir, pasalnya sejak seminggu lalu kakaknya itu selalu mengabaikan dirinya.
Entah kesalahan apa yang telah ia perbuat sebelumnya, hingga membuat hati kakaknya tersakiti.
Ia terus mencoba mengingat semuanya, tetapi setiap ia mengingat kejadian seminggu lalu, kepalanya berdenyut pusing.
Halilintar menatap adiknya yang terhuyung di tempatnya, ia dengan cepat menjangkau pinggang Gempa agar tak jatuh.
"Eh Gem, kau tak apa apa?" teriak Blaze panik.
Ia paling tidak bisa melihat kakaknya sakit, sudah cukup kejadian - kejadian sebelumnya yang membuat kakaknya itu keluar masuk Rumah Sakit.
Gempa menggeleng pelan, ia melepaskan pegangan tangan Halilintar dari pinggangnya.
"Maaf, aku pasti merepotkan kalian"
Ice menatap wajah kakaknya yang pucat, ia menuangkan air lalu memberikannya pada Gempa.
"Gemgem kenapa ni? Thorn lihat dari minggu lalu Gemgem pingsan terus" ujar Thorn sedih.
Halilintar lalu menuntun adiknya untuk duduk di kursi, dan membiarkannya minum dengan tenang.
Blaze menatap kakaknya yang mulai berubah sejak kejadian seminggu lalu, tak seperti biasanya yang full energi.
Gempa meminum air itu sedikit, tenggorokannya menjadi kering seketika.
"Jangan berisik bisa ngga sih?!" pekik seseorang dari arah tangga.
Semuanya langsung menoleh dengan cepat, Gempa bangkit dari duduknya.
Ia melepaskan pegangan tangan Halilintar dari bahunya, dengan tertatih ia mendekati Taufan yang mendekat.
"Sarapan dulu abang" ucap Gempa semangat.
Langkah kaki Taufan berhenti sejenak, melirik wajah adiknya yang pucat.
Mengabaikannya, Taufan berbalik begitu saja.
Tak mudah menyerah, dengan keadaan yang lemah Gempa melangkah menjangkau tangan Taufan.
"Abang Fan, ayo sarapan dulu sebelum kuliah"
Tak menyerah, Gempa terus meminta Taufan untuk sarapan bersama seperti biasanya.
Dapat Taufan rasakan, keringat membasahi lengannya yang ditahan oleh tangan Gempa.
Taufan menoleh kebelakang, perasaan sesak memenuhi relung hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘚𝘦𝘯𝘢𝘯𝘥𝘪𝘬𝘢 | 𝘙𝘢𝘯𝘥𝘰𝘮 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘉𝘳𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳
FanfictionStory spin off dari Elemental Daily, Secret Lullaby, dan Bentala [Hampir semua chapternya rate aman, kecuali beberapa yang sudah di kasi Disclaimer jadi bisa langsung skip ke next chapter] Pokoknya : - Kegabutan Elemental Brother - Ke overprotectiv...
