• Polaroid Terindah •

2.3K 147 190
                                    

Wajib dengerin lagunya
Buka youtube atau aplikasi musik lainnya

Trio Original Boboiboy •
NOT! SHIP!
SIBLING BROTHER

"Happy Reading"

•°•

Weekend merupakan hari libur setelah lima hari sebelumnya yang sangat melelahkan, hari sabtu dan minggu adalah hari yang sangat di nantikan.

Sama halnya dengan keluarga Danendra, ketiga remaja laki - laki keturunan keluarga tersohor itu sedang berjalan - jalan di sepanjang mall.

Dua yang lebih tinggi menggenggam tangan yang lebih pendek, terlihat sangat erat dan enggan untuk di lepaskan.

"Gem, Abang beliin hoodie baru yaa", pinta remaja laki - laki yang mengenakan kaos putih dengan vest babyblue.

Remaja laki - laki yang di panggil Gem atau tepatnya Keano Gempa Danendra, anak bungsu dari tiga bersaudara.

Gempa tersenyum kecil ke arah kakaknya, Keano Taufan Danendra. Kakak keduanya yang sangat ceria dan banyak tingkahnya.

Ia hanya menggeleng pelan untuk menjawab perkataan kakaknya, semua lemarinya telah penuh dengan pakaian baru dari kedua kakaknya.

"Kalau begitu, Abang beliin alat lukis ya", usul remaja laki - laki di sebelah kiri Gempa.

Gempa menatap wajah kakak sulungnya, Keano Halilintar Danendra.

Kakaknya itu tahu betul minatnya, ia sangat menyukai hal - hal tentang melukis.

Gempa lalu melepaskan kedua tangannya dari pegangan erat kedua kakaknya, lalu menggerakkan nya untuk membalas ucapan kakaknya.

Tidak banyak yang tahu, keluarga terpandang Danendra memiliki anak yang 'kekurangan'.

Mereka sangat menutupi keberadaan Gempa yang sedikit berbeda dari kedua kakaknya, anak bungsu keluarga Danendra mengalami tuna wicara sejak lahir.

'Kalau soal alat lukis Gem mau banget, soalnya cat lukis Gem udah habis'

Halilintar dan Taufan mengangguk senang, untungnya adik kecil mereka merasa senang dengan liburan ini setelah beberapa kejadian yang tidak mengenakan sebelumnya.

Halilintar lalu mendorong pundak adiknya, membawanya menuju toko alat lukis. "Ayo kita kesana, sekarang".

Taufan di belakangnya bersorak riang, ia sudah tak sabar melihat lukisan adiknya setelah pulang dari sini.

Gempa hanya terkekeh kecil, ia sangat menyayangi kedua kakaknya lebih dari ia menyayangi dirinya sendiri.

Senyumannya perlahan luntur, Gempa menatap nanar lantai di bawah kakinya.

Mengingat kejadian sebelumnya, sudah cukup lama ia bertahan dengan tindakan keluarga besarnya yang selalu menyalahkannya.

Teringat jelas di benaknya, ketika ibu mereka membentaknya dengan sangat keras.

Waktu itu, Gempa tak sengaja menjatuhkan bingkai foto di atas meja ruang tamu.

Bingkai foto itu terlepas dari tempatnya, kaca pelapisnya pecah dan berserakan di lantai.

Karena panik, Gempa langsung memungut belahan kaca itu dengan kedua tangannya.

Perasaan takut telah memenuhi dirinya, ia sangat yakin Ibunya akan memarahinya seperti sebelum - sebelumnya.

𝘚𝘦𝘯𝘢𝘯𝘥𝘪𝘬𝘢 | 𝘙𝘢𝘯𝘥𝘰𝘮 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘉𝘳𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang