13. Enak, kan?

6.3K 227 4
                                    


"Tadi sore pas mau ke sini ada Reza ke rumah." 

Belvin menengok ke arah Gavin yang tengah mencuci piring bekas makan mereka. Gavin yang insiatif sendiri membawa piring kotor dan langsung mencucinya. Biasanya Gavin memang seperti itu jika sedang numpang makan. 

Mendengar ucapan Gavin barusan, Belvin menyadari laki-laki itu sedang memberitahu alasan keterlambatannya datang ke sini. Meskipun sebenarnya tidak bisa dibilang terlambat juga karena Gavin sendiri tidak menjanjikan jam berapa dia akan datang. 

"Kalau tahu lo nangis karena nungguin gue--"

"Gue nggak nangis," sela Belvin cepat.

"--gue bakal lebih cepat datang ke sini." Gavin melanjutkan dengan tengil. Mengerling sekilas ke arah Belvin sebelum kembali fokus dengan cucian piringnya.

Belvin berdecak saja sebagai respons.

Gavin tersenyum geli. Kemudian raut wajahnya seketika berubah menjadi datar.

Barusan dia berbohong. Reza tidak datang ke rumahnya.

Namun alasan keterlambatannya datang ke rumah Belvin memang ada kaitannya dengan Reza dan teman-temannya yang lain.

Teman-temannya mengajak Gavin datang ke tempat pertarungan bawah tanah. Tempat yang cukup sering mereka datangi.

Pertarungan bawah tanah merupakan tempat ajang pamer kekuatan atau hanya sekedar senang-senang di mana sistem pertandingannya merupakan satu lawan satu di atas ring yang disediakan dan penonton di sana akan bertaruh untuk jagoan mereka masing-masing. Bukan hanya sekedar bertaruh  tanpa melibatkan apa pun, tapi seperti pertaruhan pada umumnya yang melibatkan uang. 

Yang bertaruh biasanya anak-anak--kebanyakan murid SMA--konglomerat. Sedangkan yang ikut duel di atas ring biasanya anak-anak yang butuh uang. 

Tapi bukan hanya yang butuh uang saja, yang sudah kaya juga sering melakukannya hanya untuk pamer kekuatan atau untuk menantang orang yang ingin diajak bertarung, karena menang ditonton banyak orang adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi mereka. Sebelum ada yang meneriakkan kata menyerah, pertarungan akan terus dilanjutkan sekali pun di antara mereka ada yang sudah babak belur sampai hampir tepar.

Gila memang. Tapi begitulah adanya. Dunia anak remaja yang tidak diketahui oleh orang tua mereka. Pun pihak berwajib. Karena orang yang tahu tempat itu dilarang membicarakannya di luar apalagi membicarakannya ke sembarang orang. 

Karena apa? Tempat itu tidak hanya sekedar pertarungan adu jotos yang melibatkan fisik, tetapi juga tempat terjadi hal-hal kotor lainnya. Contoh kecilnya mabuk-mabukkan dan tingkat atasnya terjadi transaksi jual beli obat-obatan terlarang dan narkoba.

Gavin adalah salah satu orang yang sering berkunjung ke sana. Sebenarnya selain untuk senang-senang, ada alasan tersendiri kenapa dia terjun ke dunia remaja yang gelap itu.

Dia ingin merusak citra ayahnya. Seandainya tempat itu terbongkar dan dia ada dalam satu anak yang ditangkap, maka citra ayahnya yang selama ini dibangun dengan sebegitu baiknya akan langsung rusak, pecah bekeping-keping. 

Awalnya saat Gavin bergabung ke tempat itu, dia ingin membeberkannya sendiri. Tapi dia sadar, dia tidak bisa egois. Itu sebabnya Gavin berbuat kenakalan-kenakalan lainnya yang tidak akan membuat orang lain kena imbasnya juga. Dia hanya ingin citra ayah rusak gara-gara mempunyai anak berandalan seperti dia. 

Gavin juga sering terlibat dalam pertarungan satu lawan satu itu jika ada yang menantangnya. Itu sebabnya dia seringkali tidak muncul batang hidungnya di hadapan Belvin bahkan sampai dua minggu penuh karena wajahnya babak belur. Belum lagi jika ayahnya tahu dia habis berantem sampai muka ancur, ayahnya pasti akan mengurung dia di kamar sampai satu minggu penuh. Tanpa ponsel. Tanpa apa pun. Semuanya disita. Gavin seperti diisolasi dari dunia luar.

Letting Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang