Gavin cemas.
Demam Belvin tidak kunjung reda.
Gavin tidak bisa benar-benar tidur. Beberapa kali kembali terjaga, melihat Belvin bergerak gelisah dalam tidurnya.
Ada satu cara yang terlintas dari pikirannya untuk menurunkan demam sang kekasih.
Waktu kecil saat dia demam Mama selalu menggunakan metode skin to skin, di mana panas dari tubuh si orang yang sakit diserap oleh kulit orang yang memeluknya. Secara singkat skin to skin adalah metode transfer panas yang dilakukan dengan sentuhan kulit. Dengan catatan tubuh bagian atas harus dalam keadaan sama-sama telanjang.
Bagi bayi atau anak kecil metode itu sangat ampuh menurunkan demam. Gavin tidak terlalu tahu apa metode itu juga bisa ampuh untuk orang dewasa?
Gavin setidaknya ingin mencobanya. Bukan ingin mencari kesempatan dalam kesempitan. Sama sekali bukan!
Dia benar-benar tulus ingin menurunkan demam Belvin cepat-cepat supaya besoknya gadis itu bisa kembali dalam kondisi yang lebih baik. Karena Gavin yakin, bahkan 100 persen yakin, Belvin pasti ngotot ingin tetap ikut ujian.
"Bel?"
Gavin mencoba membangunkan Belvin. Karena sepertinya Belvin pun tidak benar-benar bisa tidur nyenyak, Belvin langsung membuka mata begitu namanya dipanggil.
"Kamu pasti tahu kan metode skin to skin?" Gavin diam sejenak. Merasakan jantungnya yang tiba-tiba berdebar gugup. "Kamu... mau aku melakukannya?" tanyanya hati-hati.
Lewat bola matanya yang sedikit memerah, Belvin menatap Gavin dalam diam. Tidak langsung memberikan jawaban.
"Aku bukan ingin mengambil kesempatan. Beneran, deh, bukan." Gavin mengacungkan jari telunjuk dan tengah. Membasahi tenggorokannya yang kering, dia baru akan melanjutkan saat suara parau Belvin lebih dulu terdengar.
"Besok aku mau ikut ujian."
Gavin mengangguk pelan. Sudah sangat menduganya.
"Tapi kalau keadaan aku masih kayak gini aku takut benar-benar nggak bisa bangkit dari kasur besok." Ada jeda yang diambil Belvin sebelum menyambung. "Just do it." Memalingkan wajah, menghindari kontak mata dengan Gavin, "skin to skin," tandasnya.
Gavin menelan ludah gugup. Dia yang menawari, dia sendiri yang gugup. Padahal kalau niat awalnya memang hanya ingin membantu demam Belvin turun, seharusnya Gavin bersikap profesional.
Tapi kan tetap saja ya... dia akan memeluk Belvin dalam kondisi setengah telanjang.
Belvin masih menolehkan wajah ke samping ketika Gavin mulai membuka kancing piyamanya. Di sisi lain, Gavin menaikkan bola ke atas, mencoba membuka kancing itu tanpa melihat.
Saat di kancing ketiga, Gavin kesusahan membukanya. Jadi dia terpaksa menunduk dan langsung mendapati pemandangan yang seharusnya tidak dia lihat. Menahan napas tanpa sadar, dengan cepat Gavin meraih hoodie miliknya yang tersampir di kursi belajar, menutupi bagian dada Belvin yang sudah sedikit terekspos.
Dengan begitu dia bisa sedikit tenang melepas kancing piyamanya yang akhirnya terbuka semuanya.
Gavin sedikit mengangkat badan Belvin guna melepaskan piyama dari tubuhnya. Belvin memegang hoodie Gavin yang menutupi bagian dada saat Gavin melakukan itu.
Termasuk saat Gavin menyuruhnya berbaring menyamping, Belvin menutupi dadanya dengan hoodie sang kekasih.
Gavin mulai melepaskan kaosnya. Mengambil posisi di belakang tubuh Belvin, menarik selimut menutupi tubuh keduanya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Letting Go
Teen FictionGavin dan Belvin adalah definisi dari perbedaan itu sendiri. Sepasang kekasih yang bagaikan langit dan bumi, air dan api, siang dan malam. Si tengil dan si dingin. Si social butterfly dan si ansos. Si ekspresif dan si poker face. Yang cowok disebut...