28. Fucking I Love You

4.2K 193 14
                                    

warning! ini hanya fiksi. bagi anak di bawah umur yang nyasar baca sampai sini harap kebijakan kalian saat membaca part ini. love language gavbel di sini tidak untuk ditiru ya adick-adick! enjoy!

____

Meskipun gengsinya cukup tinggi, Belvin sebenarnya tidak pernah ragu untuk memulai duluan seandainya dia memang menginginkan hal yang sama. Buktinya, dia ingin meluruskan masalahnya dengan Gavin. Dan dia sendiri yang memulainya lebih dulu.

Fakta lainnya jika sudah jatuh cinta, Belvin akan jatuh sejatuh-jatuhnya. Bisa memberikan apa pun untuk pasangannya. Dan akan bahaya jika dia mendapatkan pasangan yang salah.

Belvin adalah cerminan INFJ sejati yang bisa menjadi sangat ingin tahu dan banyak tanya jika itu menyangkut orang yang dicintainya. Seperti saat dia menjadi begitu ingin tahu apa yang mendorong Gavin menjalani hidup yang urakan.

Sikap cueknya itu sebenarnya hanya tameng yang dia gunakan untuk menutupi kelemahannya yang terlalu sensitif dan peka.

Hal lainnya yang membuktikan bahwa Belvin benar-benar seorang INFJ saat sedang jatuh cinta adalah dia pendengar yang baik. Berusaha mendorong pasangannya menuju ke versi yang terbaik. Dan mencoba memahami masalahnya dari sudut pandang pasangannya.

Belvin melakukan semua itu kepada Gavin.

Belvin yang merupakan seorang pendengar yang baik mempunyai pasangan seperti Gavin yang merupakan seseorang yang banyak bicara, berisik, bisa menceritakan apa pun termasuk hal yang tidak penting sekali pun.

Belvin yang selalu serius, ambisius dan penuh perhitungan mempunyai Gavin yang mempunyai kepribadian berbanding terbalik dengannya. Tapi karena itu juga, mereka bisa cocok. Membutuhkan satu sama lain.

Kehadiran Gavin membuat Belvin bisa sedikit merasakan yang namanya hidup santai di beberapa kesempatan. Dan berkat Belvin juga, Gavin sekarang mempunyai tujuan hidup. Yaitu... hidup bersama Belvin selamanya.

Gavin sendiri adalah seorang INFP yang tidak beda jauh dengan INFJ jika sudah jatuh cinta. Alias bisa menjadi benar-benar buta karena cinta. Mencintai secara ugal-ugalan. Bisa melakukan apa pun asal pacarnya senang. Seperti yang sudah diketahui dari segala sikap yang selama ini Gavin tunjukkan.

Physical touch adalah love language Gavin yang paling menonjol. Terlalu physical touch sampai jatuhnya horny-an. Dan kenyataannya begitu.

Sekarang pun hawanya Gavin ingin mencium Belvin dengan brutal. Tapi sayang pilek menghalangi semuanya.

Pilek sialan!

"Nginep, ya?"

"Nggak. Aku mau pulang."

"Boleh nggak aku minta balas budi atas kebaikan aku yang menginap di rumah kamu saat kamu sakit?"

"Pamrih?" Belvin menaikkan sebelah alis, mendelik judes.

Gavin mengangkat bahu sekenanya. "Jika itu bisa bikin kamu mau nginap di sini."

"Padahal kan waktu itu aku nggak maksa. Kamu aja sendiri yang mau."

"Ayolah. Lagian udah malam ini. Aku khawatir kamu pulang malam-malam gini. Bahaya."

Belvin menahan diri untuk tidak memutar bola mata. "Yang lebih bahaya justru di sini. Berduaan sama kamu."

"Kamu kayak masih baru aja deh berduaan sama aku."

"Itu dia. Karena udah sering jadi aku tahu betapa bahayanya kamu."

Belvin memang jagonya kalau soal membalikkan kata-kata lawan bicaranya. Tidak pernah kehabisan kalimat untuk mendebat.

Letting Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang