2. Dua Kutub Magnet

9.1K 389 14
                                        

happy reading!

***

Menaklukan Belvin adalah satu kebanggaan terbesar bagi Gavin.

Meskipun sebenarnya Belvin entah benar-benar sudah dibuat takluk atau belum. Karena sifat gadis itu masih sama dinginnya. Masih sama kasarnya.

Padahal Gavin bisa mendapatkan wanita yang bisa memperlakukannya dengan manis dan lembut. Bahkan yang bisa melayaninya setiap dia menginginkannya.

Tapi kenapa dari sekian banyak wanita yang mau kepada dia, Gavin justru menjatuhkan hatinya kepada Belvin? Tidak butuh alasan. Karena bukannya cinta itu tidak butuh alasan. Bahasanya cinta banget, nih, memangnya Gavin benar-benar mencintai Belvin, ya? Hm ....

Lima bulan lalu adalah waktu di mana Gavin memutuskan untuk mendapatkan Belvin secara ugal-ugalan.

Kesan pertama Gavin tentang Belvin adalah cantik. 

Belvin memang cantik. Hanya orang buta yang tidak tahu betapa cantiknya dia.

Meskipun cantiknya bukan tipe cantik yang seperti bidadari atau unreal atau spek anime, tapi cantik Belvin itu menarik. Matanya yang selalu tampak mengantuk yang membuatnya terlihat malas sekali saat menatap orang menjadi daya tarik tersendiri bagi Gavin.

Gavin memang gila langsung menyukai Belvin karena wajah poker dan sikap apatisnya. Dia juga double gila semakin tertarik hanya karena Belvin selalu mengumpatinya dan bersikap kasar kepadanya.

Semakin Belvin mengacuhkannya, semakin Gavin mencari perhatiannya. Semakin Belvin menjauh, semakin Gavin mendekat. 

Mereka bagaikan dua kutub magnet yang saling tarik menarik. Lebih tepatnya Gavin yang selalu membuat Belvin agar terus tertarik ke arahnya.

Gavin memang penakluk wanita. Dia bisa mendapatkan perempuan mana pun yang dia mau. Dan sekarang dia benar-benar cocok dengan julukan itu karena dia bahkan bisa membuat gadis seperti Belvin mau menjadi pacarnya.

Ya, meskipun karena Gavin yang memaksanya sementara Belvin hanya menanggapinya dengan diam saja--mungkin terlalu lelah menghadapi sikap Gavin yang seenaknya.

Lalu diamnya Belvin Gavin artikan sebagai iya setuju menjadi pacarnya.

Sebenarnya hubungan mereka berdua jauh dari gambaran sepasang kekasih pada umumnya.  Alih-alih saling melontar ucapan manis, mereka lebih sering melayangkan umpatan dan makian. 

Meskipun mereka jauh dari kata manis, hubungan mereka sudah terjalin hampir tiga bulan. Cukup lama. Meskipun diselingi Belvin yang seringkali minta putus yang tidak pernah dihiraukan Gavin sekali pun.

Karena putus tidaknya pun hubungan mereka tidak ada bedanya sama sekali.

Belvin terperanjat bangun dari tidurnya saat merasakan ada tangan yang merengkuh pinggangnya.

Dia menengok ke belakang dan tentu tidak heran lagi mendapati Gavin tiba-tiba datang ke kamarnya. Gavin selalu menerobos masuk melalui jendela.

"Nggak punya rumah lo?" Belvin mengubah posisinya menjadi duduk. Tidak menyadari tatapan Gavin yang langsung tertuju pada sebelah pundaknya yang  terekspos gara-gara kaos longgar yang dipakainya melorot.

"Apa sekalian aja nggak usah pake baju?" Gavin membenarkan kaos Belvin.

Belvin turun dari kasur untuk mengambil cardigan yang menggantung di kursi belajarnya. 

"Buset, pendek bener itu celana. Sekalian aja pake kancut doang atau nggak usah pake apa-apa sekalian biar gue mudah ngapa-ngapain lo."

Belvin tidak menghiraukan celetukan nakal Gavin. Dia sudah kebal. Belvin memakai cardigan, melapisi kaos longgar berwarna abunya.

Letting Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang