3. Sangat Berbeda

6.5K 323 16
                                    

happy reading!

***

Saat di sekolah Belvin dan Gavin sebenarnya tidak banyak berinteraksi. Ibaratnya mereka berada di dunia yang berbeda.

Gavin lebih sering nongkrong di warung belakang sekolah dibanding di kantin. Belvin sendiri pun lebih sering mendekam di perpustakaan saat jam istirahat. Mereka tidak satu kelas, tidak juga berada di jurusan yang sama. Belvin IPA, sementara Gavin IPS.

Keduanya juga jarang berangkat sekolah bersama. Belvin sering berangkat pagi-pagi, di sisi lain hobi Gavin saja kesiangan. Pulang sekolah pun begitu. Gavin lebih sering pulang duluan alias membolos tentu berbeda dengan Belvin yang menjunjung tinggi nilai adalah segalanya.

Mereka itu sangat berbeda sekali.

Meskipun mereka jarang terlihat bersama saat di sekolah, banyak yang sudah tahu keduanya berpacaran. Banyak juga yang mengira mereka berdua sudah putus mengingat Gavin tidak pernah langgeng dengan pacar-pacarnya. 

Selain dikenal berandalan, Gavin juga playboy. Setiap minggunya hampir gonta-ganti perempuan. Namun sekarang Gavin tidak terlihat dekat lagi dengan perempuan mana pun. Itu juga yang membuat sebagian dari mereka yakin Gavin masih menjalin hubungan dengan Belvin.

Semua tentang Gavin memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Dari mulai kehidupan asmaranya, sepak terjangnya sebagai murid yang paling bermasalah hingga pembahasan tentang Gavin tidak akan mungkin dikeluarkan seberapa bandelnya pun dia mengingat ayahnya adalah seseorang yang memiliki kedudukan tinggi di pemerintahan.

Meskipun jarang terlihat bersama saat di sekolah namun sebenarnya saat jam istirahat Gavin cukup sering mengunjungi Belvin di perpustakaan.

Seperti sekarang. Gavin menghampiri Belvin yang selalu duduk di pojok perpustakaan dekat jendela. Seperti biasa Belvin tengah berkutat dengan buku pelajarannya.

Gavin heran kok ada ya orang yang bisa suka banget belajar seperti Belvin?

Gavin menyimpan kresek putih berisi roti lapis dan sebotol air mineral di hadapan Belvin. Selalu sama. Makanan yang dibawakan Gavin untuk Belvin selalu dua potong roti lapis. 

Awalnya Belvin selalu tidak memakannya bahkan membuangnya. Namun setelah Gavin tiba-tiba menciumnya dengan kasar di perpustakaan, Belvin jadi sedikit takut. Lebih tepatnya dia takut ketahuan orang lain dan berakhir dia mendapat masalah yang akan berimbas pada peringkatnya yang selama ini dia pertahankan mati-matian.

"Gue udah kenyang." Namun sekarang Belvin sungguhan sudah kenyang.

Gavin duduk, menatap Belvin lamat-lamat.

"Gue udah makan bekal," sambung Belvin belum menatap Gavin sama sekali.

"Gue harus percaya nggak sama lo?" 

Karena pernah tuh Belvin tiba-tiba muntah membuat Gavin kaget saja karena kan dia belum memasuki Belvin sama sekali, tapi kok tiba-tiba muntah seperti orang hamil? Faktanya Belvin ternyata suka telat atau bahkan jarang makan sama sekali.

"Terserah."

"Lo mau gue cipok lagi di sini?"

Belvin mengangkat kepala, menatap Gavin dingin. Cukup lama dia menatap Gavin sampai kemudian tangannya mengambil roti lapis di kresek dengan serampangan. Kalau tidak mengingat sikap Gavin yang nekat dan seenaknya, Belvin malas sekali menuruti laki-laki di hadapannya ini.

Gavin menyeringai kecil. Dia merogoh ponsel dari saku celana seragamnya, memainkannya di tengah-tengah Belvin yang mulai menyantap sandwich pemberiannya.

Letting Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang