ini full narasi, jadi dibacanya lebih diresapi lagi ya. enjoyy. jangan lupa baca a/n dibawah yaa!!
Dulu Belvin tidak mengerti kenapa ada orang yang sampai begitu frustrasi hanya gara-gara putus cinta. Bahkan dia sempat mencemooh apa gunanya menangis hanya gara-gara laki-laki.
Sekarang Belvin merasakannya sendiri.
Memang sakit ternyata. Sangat. Sungguh dia tidak menyangka sakitnya akan sehebat ini. Separuh jiwanya bahkan seakan pergi, ikut bersama Gavin yang meninggalkan kamarnya tanpa sedetik pun menoleh lagi ke belakang.
Laki-laki itu begitu yakin meninggalkannya. Tidak peduli ada gadis yang menunggunya mengeluarkan cengiran jail dan berkata, "selamat kamu kena prank!"
Diputuskan saat sudah memberikan sepenuh hatinya kepada laki-laki itu menyesakkan sekali. Seluruh oksigennya seakan dirampas. Membuatnya kesulitan bernapas. Sesak yang perlahan-lahan seakan ingin membunuhnya.
Hatinya kosong. Tatapannya kosong. Semuanya terasa begitu kosong. Hampa. Sepi. Sunyi.
Lagi-lagi sendiri. Lagi-lagi ditinggalkan.
Berbaring terlentang menatap kosong langit-langit kamar, air mata terus mengalir membasahi pipinya yang sudah begitu lembab.
Gavin sukses menghancurkan semuanya.
Menghancurkan hatinya, harapannya, tujuan hidupnya, menghancurkan segala yang ada pada dirinya.
Bagaimana mungkin laki-laki itu setega ini? Saat satu-satunya yang dirinya punya adalah dia.
Ketika Belvin menjadikan Gavin segalanya, kenapa teganya laki-laki itu meninggalkannya sendirian? Kenapa?
Padahal dia sendiri yang selalu bilang… jangan pergi, jangan meninggalkan aku. Tapi kenyataannya?
Memang egois.
Tidak mau ditinggalkan. Tapi justru meninggalkan.
Belvin mencengkeram dadanya. Nyeri sekali. Seperti ada belati tajam yang menusuk-nusuknya tanpa henti.
Menutup matanya dengan telapak tangan, tubuh Belvin berguncang.
Dia menangis. Tergugu. Menyesakkan. Memilukan.
Kini tidak mungkin ada lagi Gavin yang akan memeluknya. Tidak di saat laki-laki itu penyebab tangis terhebatnya.
***
Satu minggu berlalu, kesedihan itu masih ada. Tangis masih menemani hari-harinya.
Setiap detiknya dia berharap Gavin mendadak muncul di kamarnya, di pintu kaca itu, di depan rumahnya, di mana pun, yang penting laki-laki itu muncul dan berkata dia hanya sedang membuat kejutan.
Bahkan mereka belum sempat merayakan ulang tahun bersama. Padahal Belvin sudah membayangkan akan sebahagia apa nanti dirinya karena untuk pertama kalinya akan merayakan ulang tahun dengan orang lain. Orang terkasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Letting Go
Novela JuvenilGavin dan Belvin adalah definisi dari perbedaan itu sendiri. Sepasang kekasih yang bagaikan langit dan bumi, air dan api, siang dan malam. Si tengil dan si dingin. Si social butterfly dan si ansos. Si ekspresif dan si poker face. Yang cowok disebut...