03. Melanjutkan Hidup

24.4K 1.7K 10
                                    

"kenapa? Kenapa aku masih disini?" Tanya lirih seorang gadis menatap sendu langit-langit kamar yang mewah.

Ia adalah Beverly dengan jiwa yang bernama Rose masih terperangkap di tubuh itu.

Setelah bangun dari pingsannya. Beverly terus saja bergumam mengapa dan mengapa.

Siapa saja pasti akan merasakan ketakutan tiada tara disaat ia berada di dunia asing, sendirian dan terus mengulang kehidupan di dunia itu. Sebenarnya, apa maunya sang pembuat takdir?

Tidak. Ia tidak bisa terus menyerah dan menerima takdir sial dari sang pembuat takdir. Mengapa harus dirinya yang menderita disini?

Dengan tekad yang kuat, Beverly bangkit dari tidurnya dan duduk di kursi kerja yang tak jauh dari tempat tidurnya.

"Terserah kau ingin membuat takdir ku seperti apa. Tapi yang pasti. Disini, mulai detik ini, aku akan berbuat semau ku! Akan ku buat takdir ku sendiri! Persetan dengan merusak alur cerita! Persetan dengan apa yang akan kau lakukan! Toh, hidup ku sudah hancur!" Ucapnya dengan serius seraya mengambil buku kosong dan kuas.

"Di kehidupan yang ke 99 ini, akan aku buat takdir Vernon bahagia."

Diatas kertas, kuas dengan tinta hitam di genggamannya terus bergerak menuliskan rencana-rencana apa saja yang akan ia lakukan di dunia novel ini selama 2 tahun sebelum cerita itu selesai.

Tidak mungkin jika ia harus berdiam diri dan terus menyaksikan adegan berulang yang sangat membosankan itu. Membaca cerita memang sangat seru meskipun dibaca berulang, tapi berada di dunia asing yang tidak dikenali dan hidup berulang itu membuatnya menjadi ketakutan setengah mati.

Bagaikan berada di sebuah tempat gelap tanpa ada cahaya dan siapapun disana. Hanya ada ia, sendirian dan duduk meringkuk ketakutan.

Hidup tanpa siapapun yang ia kenali sebagai keluarga dan hanya hidup menjalani kehidupan orang lain, itu benar-benar sangat memuakkan!

"Baiklah, jika memang cerita ini baru berjalan di festival kedua, itu berarti tak lama lagi akan ada penyambutan dari saintess kekaisaran kepada Gracie. Sebelum itu, aku harus bertemu dengan saintess. Tapi, bagaimana caranya supaya aku membuat saintess itu terkesan?" Ujarnya mengigit kukunya dengan cemas.

Seolah mendapatkan sebuah lampu terang yang tiba-tiba muncul di atas kepalanya, Beverly menjentikkan jarinya dengan mata berbinar.

"Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui! Bukankah kedatangan saintess yang tiba-tiba tanpa memberi kabar itu di tempat para rakyat kelaparan? Bersamaan ayang favorit ku datang ke sana?! Astaga astaga. Mengapa aku pintar sekali Rose?" Ucapnya senang sembari menari membanggakan diri sendiri.

Sedangkan Bella yang tanpa sengaja melihat aksi majikannya terkekeh pelan.

"Syukurlah nona sekarang bahagia. Tapi, mengapa?" Gumamnya. "Ah tidak penting. Yang penting nona bahagia."

Beverly yang menari memutar menghentikan aksinya saat melihat Bella tersenyum lembut dan memberikan salam kepadanya.

"Oh, Bella!" Binar Beverly menghampiri Bella.

"Iyaa nona ada apa? Nona butuh bantuan?" Tanya lembut Bella berikan.

"Hm... Tidak ada." Ucap Beverly tersenyum lebar.

Bella tersenyum hangat menanggapi. Seolah mengingat sesuatu, ia membolakkan matanya terkejut.

"Astaga, saya hampir lupa. Keadaan nona hari ini bagaimana? Apakah ada yang sakit? Pergelangan tangan nona masih sakit? Coba saya lihat." Ucapnya khawatir sembari melihat pergelangan tangan Beverly.

Bella menghelakan nafasnya lega. "Syukurlah, lukanya sudah membaik dan tidak terbuka."

"Aku baik-baik saja tahu, tidak perlu mengkhawatirkan ku seperti itu." Ucap Beverly mengerucutkan bibirnya sedikit kesal bersamaan senang.

Rescue Favorite Characters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang