32. Kematian

10.6K 876 9
                                    

"Mengapa Bella tidur disana? Apakah rumah ku kebakaran? Ataukah kebanjiran? Atau ada seseorang yang mencurinya? Sampai-sampai Bella terbaring disana supaya aku memaafkannya?" Tanya Beverly menatap Bella yang terbaring diatas tumpukan kayu.

Mengapa disaat-saat seperti ini, Beverly masih saja mengatakan hal yang bisa saja membuat seseorang kesal atau tertawa. Tapi, entah mengapa, mereka yang mendengarnya justru semakin menangis.

"Telinga ku berisik Vernon. Mengapa mereka menangis?" Tanya kembali Beverly di dalam pelukan Vernon.

"Maaf... Maaf aku tidak bisa menjaganya maaf." Ucap Vernon merasa bersalah.

"Licia... Ini ada apa? Bisakah kau bangunkan Bella? Aku akan membeli kasur baru untuknya dan aku akan memaafkannya. Jadi, tolong jangan tidurkan dia disana. Pasti sangat sakit." Pinta Beverly menatap Licia.

Licia menatap sendu Beverly. "M-maaf nona... Bella sudah tiada meninggalkan ki-"

"Tidak! Bella tidak mungkin tiada! Hei Vernon. Ayo bilang pada ku, jika semua ini mimpikan?" Tanya Beverly menatap Vernon. "Kaylee! Kau jangan menangis! Ini hanya mimpi, ya ini mimpi. Bella tidak mungkin meninggalkan kita, tidak mungkin."

Rasanya, hati Vernon sesak dan sakit mendengar nada sedih Beverly. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya tak berani menatap mata bernetra merah muda itu kini berlinangan air mata.

"Nona, Bella sudah pergi jauh , B-bella pergi meninggalkan kita hikssss," Tangis Lingga menutup matanya.

"Ha ha ha tidak mungkin." Ucap Beverly tak percaya. "Artemis, Bella tidak mungkin tiada kan? Dia masih hidup kan?"

"Dia sudah mati, Rose." Jawab Artemis penuh tekanan.

"E-enggak... Bella gak mungkin... Enggak hiksss ENGGA HIKSSSS BELLA TIDAK MUNGKIN MATI! VERNON BANGUNKAN BELLA HIKSSS BANGUNKAN DIA! Licia... Ayo bawa air dan bangunkan Bella hikssss, dia... Dia pasti cuman tidur hikss... KENAPA KALIAN HANYA DIAM SAJA?!" Teriak dan tangis Beverly. Ia tidak terima dengan semua ini. Mengapa harus Bella? Mengapa tidak dirinya saja?

"Nona... Ikhlaskan Bella, hari ini ia akan pergi ke pemiliknya, saya mohon biarkan Bella tenang...." Ucap lirih Licia menatap tak tega Beverly.

"TIDAK! BELLA TIDAK AKAN PERGI! TIDAK AKAN DAN TIDAK TIDAK BOLEH!" Teriak marah Beverly.

Vernon langsung saja memeluk erat Beverly kala gadis itu hendak memberontak. "Lepaskan aku Vernon hiksss lepaskan aku..."

"Maaf, maaf."

"Bella hikssss... Tidak... Tidak mungkin... Ini semua tidak mungkin terjadi hikssss... Ini pasti salah ku... Ini karena aku... Karena aku Bella harus mati hikssss,"

Bagaimana mungkin. Bagaimana mungkin Bella tiada. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Bella tidak pernah pergi meninggalkannya. Bella selalu ada disampingnya. Tapi, kali ini? Mengapa ia tidur diatas kayu yang membuat punggung nya sakit? Mengapa ia tidak bangun saat mendengar suara brisik itu?

Bella... Bisakah kau bangun? Bangunkan ia dari mimpi buruk ini.

"Nona Beverly Roosevelt Eleanor ditangkap atas kasus pembunuhan. Harap untuk mengikuti peraturan yang ada dan ikutlah dengan kami." Ujar wakil kesatria Cornelius, Adelard yang baru saja tiba.

Suasana di halaman belakang kediaman Eleanor menjadi mencekam dan menegang kala wakil kesatria Cornelius mendatangi mereka bersama beberapa anggota kesatria Cornelius.

Vernon mengeraskan rahangnya. Dengan lembut, ia melepaskan pelukannya pada Beverly. "Tunggu sebentar ya?"

Beverly hanya diam dengan pandangan kosongnya. Pikirannya hanya ada tanda tanya mengapa semua ini terjadi. Mengapa harus Bella? Mengapa tidak dirinya saja? Mengapa dan mengapa?

Rescue Favorite Characters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang