21. Berdebat

13.4K 1.1K 7
                                    

Beverly masih tinggal bersama Vernon di kediaman pemuda itu. Kali ini, Beverly secara sukarela untuk ikut bersama Vernon.

"Apa ada yang kau inginkan?" Tanya Vernon yang tidak menghadap Beverly. Ia tengah diobati lukanya oleh gadis itu.

"Hanya ingin mengobati mu." Jawab Beverly telaten mengobati luka yang ada di punggung Vernon.

Berulangkali Beverly menghelakan nafasnya. Dan itu disadari oleh Vernon. "Ada apa?"

"Apa kau sering mendapatkan ancaman nyawa seperti kemarin?" Tanya Beverly pada akhirnya.

Sebenarnya ia tahu, Vernon sering mendapatkannya. Dan ia tahu, siapa pelakunya. Hanya saja, ia ingin mendengar langsung dari Vernon.

"Kau tidak perlu memikirkannya. Anggap saja tidak pernah terjadi."

Cukup, Beverly tidak bisa menahan kesabarannya lagi. Dengan kesal, ia membalikkan tubuh Vernon hingga kini menghadapnya.

"Sudah! Sudah untuk selalu bersikap jika semuanya baik-baik saja Vernon. Cukup kau lukai dirimu sendiri. Tidak bisakah kau jujur? Katakan jika kau lelah, katakan jika kau muak, katakan jika kau ingin semuanya berhenti, katakan jika kau pun ingin bahagia! Tidakkah cukup kau menderita selama ini? Hati ku sakit Vernon... S-sesak sekali rasanya melihat mu terluka. Tidak bisakah kau mengatakan pada ku jika kau pun butuh pelarian? Lari dari kehidupan memuakkan dan menyakiti mu tiada henti? Mengapa kau tidak mengerti hiksss, mengapa?"

Sungguh demi apapun, Beverly tidak bisa jika melihat Vernon terluka. Pemuda itu sedari kecil sudah mendapatkan luka dan sekarang? Mengapa luka itu tidak pernah berhenti untuk mendatangi Vernon,m mengapa?

Vernon melunakkan pandangannya menjadi lembut. Ia ulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Beverly. "Apa kau juga terluka saat ini?"

"Ya! Aku terluka! Aku terluka melihat mu menderita! Aku terluka hikss, aku terluka ketika kau tidak mendapatkan kebahagiaan sedikitpun hiksss, aku terluka...."

Mengelus lembut surai merah muda milik Beverly, Vernon berucap. "Aku pun terluka melihat mu menangis."

"Lalu mengapa kau membuat dirimu semenyedihkan ini Vernon?! Kau harus bahagia untuk dirimu sendiri! Setidaknya, kau harus egois untuk mendapatkan kebahagiaan mu..." Ujar Beverly menatap sendu Vernon.

"Apa kau tahu? Dibalik ketenangan ku selama ini, terdapat jeritan kesakitan di lubuk hati. Kesakitan karena orang tua ku harus tiada karena ulah seseorang, kesakitan karena aku yang masih kecil harus berjuang hidup mati-matian, kesakitan karena luka yang aku dapatkan itu tidak pernah hilang. Tapi, apa kau tahu?

Jika aku membalas dendam kepada pelakunya, maka hati ku semakin sakit rasanya. Sungguh. Karena aku tahu, pelaku itu sendiri adalah orang terdekat ku. Karena aku tahu, jika aku membalas dendam, maka...

Dendam itu tidak akan pernah padam dan justru melahirkan dendam yang baru. Aku muak karena berbagai masalah selalu datang, aku muak Eve. Oleh karena itu, aku hanya ingin tenang menikmati hidup ku walaupun selalu ada ancaman nyawa yang datang kepada ku. Tapi,

kedua orang tua ku percaya jika aku mampu melewatinya. Akan aku buktikan, seorang anak dari korban yang ia bunuh akan menjadi sosok yang tangguh dan tidak akan menyerah begitu saja. Ini hidupku, tidak ada yang boleh mengambilnya terkecuali sang pembuat takdir." Vernon berucap panjang sembari menatap teduh Beverly.

Gadis itu terdiam dari tangisannya. Apakah ini alasan yang membuat Vernon tak membunuh dia?

Tapi, ia sendiri tahu betul jika pelakunya justru membuat kehidupannya menderita seumur hidup.

"Bagaimana jika kau tidak dibiarkan bahagia Vernon?" Tanya Beverly.

Vernon terdiam sesaat sembari menghapus lembut sisa air mata di pipi Beverly. "Tidak apa, karena bahagia ku ada pada mu. Kau menjadi pusat hidup ku. Dan tidak akan aku biarkan kau terluka sedikitpun. Oleh karena itu, jangan menangis. Sungguh, hati ku ikut terluka melihatnya, apalagi penyebab mu menangis adalah kekhawatiran mu kepada ku."

Rescue Favorite Characters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang