"Pelakunya sudah ditemukan?" Tanya Vernon menatap para anggota kesatrianya.
"Belum, ketua." Jawab salah satu anggota kesatria Cornelius.
Sudah tujuh hari lamanya Vernon tak menemukan bukti sama sekali. Ini benar-benar memuakkan baginya. Hanya ada beberapa sedikit bukti, tapi itu tak cukup untuk menemukan pelaku.
"Ck sialan!" Kesal Vernon mengacak-acak kesal rambutnya.
"Ketua, ketua!" Teriak seseorang yang tiba-tiba datang dengan terburu-buru.
"Apa?! Ada apa lagi?! Apa sialan!?" Tanya Vernon dengan marah.
"A-anu... Anu..." Ucap pria itu terbata-bata. Tatapan dan hawa di sekitar membuatnya takut
"Tuan, sebaiknya kau tenang terlebih dahulu." Ucap Maxwell yang menyadari jika pria itu tengah takut. "Ayo katakanlah pelan-pelan."
"Di kerajaan Utara Enchancia, terdapat seorang mayat lagi. Ia terbunuh kemarin dan baru ditemukan sore ini." Ucap pria itu menelan susah payah ludahnya saat atmosfer di ruangan justru semakin terasa sesak.
"Sialan, SIALAN SIALAN SIALAN!"
Dengan amarahnya yang tak bisa dibendung, Vernon menghancurkan barang-barang di sekitarnya. Hingga ingin memenggal anggota kesatrianya, namun terhentikan oleh seorang pemuda berambut pirang.
Sringggg
"Pierre, jangan menggangguku." Tekan Vernon menatap tajam sahabatnya itu.
"Cukup Vernon. Kau tidak bisa melampiaskan amarah mu kepada orang yang tak bersalah. Lebih baik kau segera datang ke tempat kejadian sebelum pelaku menghapus jejaknya." Ujar Pierre dengan sungguh-sungguh.
"Yang dikatakan putra mahkota benar. Amarah tidak bisa mengatasi semuanya. Bukankah tuan ingin segera bertemu lady Beverly? Lebih baik segera atasi ini dengan kepala dingin." Ucap Maxwell sembari memberi kode kepada anggota Cornelius untuk pergi yang langsung dipatuhi.
"Sialan." Geram Vernon mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Aku curiga jika dibalik ini semua terdapat seseorang yang mengetahui seluk beluk kerajaan. Pasalnya pelaku mengetahui jam kerja para kesatria." Ucap Pierre menjauhkan pedangnya dari pedang Vernon saat dirasa pemuda itu telah tenang.
"Aku sudah menduga itu. Tapi, pelaku sangat lihai dalam menyembunyikan bukti-buktinya." Ujar Vernon mengigit bibirnya kesal.
"Siapa korbannya kali ini?" Tanya Pierre.
"A-anu... Dia... Pelayan nona Baronetess."
"Sial, maunya apa sih?!" Marah Vernon memuncak yang langsung berlalu pergi. Pierre, Maxwell dan kesatria itu pun mengikutinya.
Setelah kepergian mereka, seorang pemuda keluar dari persembunyiannya dengan menyunggingkan senyumannya. "Hihihi aku tidak sabar untuk segera mendapatkan Erly."
***
Vernon yang hendak menyelidiki tempat kejadian mengurungkan niatnya dan memberikan tugasnya itu kepada Maxwell. Karena Vernon telah mendapatkan kabar jika Beverly telah kembali. Dengan senang gembira, ia pun menjemputnya.
Disinilah kini Beverly berada, di mansion Vernon bersama Isaac, Kaylee dan Arthur yang entah mengapa sudah panas dingin.
Pemuda itu memaksa mereka untuk datang ke mansion nya terlebih dahulu dengan dalih penyambutan.
Dengan rayuan tampan rupawan itu, tentunya mampu membuat Beverly mengiyakan ajakannya. Toh, tidak ada salahnya untuk bertemu sang pujaan hati.
"Kau kemana saja? Mengapa lama sekali perginya? Kau tahu? Aku merindukanmu, sangat sangat merindukanmu." Ujar Vernon menggenggam tangan Beverly dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rescue Favorite Characters [END]
FantasyApa yang ada di dalam pikiran mu ketika seseorang mengulang kehidupan 99 kali di dunia asing? Roseanne Ilyana, kerap disapa Rose. Bereinkarnasi ke dalam novel yang sangat ia gemari hingga tak terhitung berapa kali gadis itu baca. Tiba-tiba, secara a...