35. Luka

11.2K 890 3
                                    

Ruangan putih. Satu hal yang pertama kali wanita bersurai putih itu lihat. Setelah memejamkan matanya untuk tidur, ia terkejut saat berada di ruangan serba putih tanpa penghujung dimana pun. Ia adalah Halina.

"Aku dimana?" Tanyanya celingukan.

Hal ini adalah hal yang baru ia rasakan. Tidak pernah ia mengalami hal kejadian seperti ini. "Apa aku sudah ti-"

Ucapannya terhenti kala mendengarkan suara teriakan seseorang. "AAAAAAAA SENENG BANGET, GUE AKHIRNYA BISA KETEMU VERNON!"

Teriakan itu mampu membuat Halina terlonjat kaget sembari memegang dadanya yang terasa jantung hampir jatuh ke usus.

Halina memilih membalikkan tubuhnya yang bersamaan ruangan putih itu berubah menjadi ruang kamar yang sederhana. "Beverly?!" Ucapnya terkejut.

Terkejut kala sosok yang berteriak itu adalah Beverly. Apa yang dilakukan gadis itu disini?

Hendak ingin bertanya, namun ruangan seketika berubah menjadi ruang luas yang terhias dengan begitu indah bagaikan ada pesta disana.

Halina melihat jika di ruangan tersebut, terdapat banyak sekali orang-orang yang memusatkan pandangannya pada tiga orang yang rupawan. "Gracie? Pierre dan Vernon? Ada apa sebenarnya?"

Masih dengan perasaan bingung, ruangan kembali berubah menjadi ruang kamar Beverly. Namun, ia disuguhi dengan raut wajah terkejut Beverly. Ada apa?

"Aku pikir seperti itu, tapi... MENGAPA AKU KEMBALI KE DUNIA NOVEL INI?!" Ucap Beverly dengan frustasi.

"Dunia novel? Dunia mana? Apakah dunia yang kini ku tempati? Bagaimana mungkin?" Tanya Halina tak percaya.

Pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di otaknya tak kunjung dijawab. Apa yang telah dialaminya? Mengapa ruangan disini berubah-ubah dan menunjukkan kehidupan Beverly? Mengapa gadis itu mengatakan jika dunia ini dunia novel? Apa yang terjadi dengan Beverly?

Ruangan yang dipijaki oleh Halina terus berubah. Dengan kejadian yang sama. Namun, perasaan Beverly yang berbeda. Semakin ia mengamati, hanya ada raut wajah takut, gelisah, frustasi dan menderita yang ada pada sosok gadis itu.

"Ha ha ha mungkin sang pembuat takdir terlalu baik? Baiklah, mungkin ini yang terakhir." Ujarnya berusaha berpikir positif.

Kegiatan yang dilihat oleh Halina hanyalah Beverly tertidur lalu terbangun dan menjalani aktivitas dengan kata-kata memuakkan. Tertidur kembali, lalu terbangun dan menjalani aktivitas yang sama dengan kata-kata yang sama, yaitu memuakkan.

"Masih sama?" Ucapnya semakin tak percaya. "Enak sih ketemu sama Vernon terus. Tapi, apa ini tidak berlebihan?"

Aktivitas Beverly masih sama.

"Kenapa? Kenapa aku masih ada disini?!" Ujarnya semakin frustasi. "S-sial, aku jadi takut."

Aktivitas Beverly masih sama.

"I-ini gila. Tolong hiksss TOLONG KEMBALIKAN AKU!" Teriaknya yang benar-benar ketakutan.

Aktivitas Beverly masih sama.

"SIALAN SIAPA YANG MEMBUAT KU SEPERTI INI?!" Teriaknya bertambah frustasi. "A-aku bisa gila hikssss,"

Aktivitas Beverly masih sama.

"Apa salah ku? Mengapa aku terus mengulang dan mengulang?" Tanyanya pada diri sendiri.

"MATI KAU MATI HAHAHAHA MATI."

Aktivitas Beverly masih sama. Hanya saja, perasaan Halina ikut sakit kala melihat sorot mata Beverly terlihat sekali tidak ada tanda kehidupan di matanya.

Rescue Favorite Characters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang