Selamat membaca :)
Hari ini adalah hari pertama kegiatan perkuliahan berlangsung. Di hari pertama ini, semua mahasiswa baru (maba) Fakultas Ekonomi dikumpulkan dalam aula untuk mendengar arahan dari dekanat.
Kusiapkan hati sebaik-baiknya karena hari ini bisa dipastikan kami akan bertemu secara langsung. Aku memilih duduk di kursi barisan tengah agar tidak terlalu mencolok saat memperhatikannya.
Setelah semua maba duduk rapi di kursi masing-masing, pembawa acara pun mempersilakan masuk para dekan dan wakil dekan. Saat 1 orang dekan dan 3 orang wakilnya berdiri di atas panggung, semua mahasiswa memberi tepuk tangan meriah. Kemudian mereka berempat duduk di sofa yang ada di belakang podium.
Acara dimulai dengan kata sambutan dan pembukaan dari bapak dekan. Semua mata tertuju ke podium. Tapi tidak denganku. Sejak awal kemunculan pria itu, seluruh fokusku hanya tertuju padanya. Aku mengamati setiap gerak-geriknya— saat dia berbincang dengan dosen lain, saat dia mendengar dengan serius, menganggukkan kepala, bertepuk tangan, menyilangkan kaki, dan sebagainya.
Kuremas kuat-kuat kain celana hitamku saat melihatnya duduk dengan gagah di singgasananya. Bisa-bisanya dia hidup tenang dengan semua kenyamanan dan kemewahan ini disaat aku dan ibuku harus berjuang mati-matian untuk sekedar makan dua kali sehari.
Suara tepuk tangan meriah kembali terdengar. Ternyata bapak dekan sudah selesai menyampaikan pidatonya. Sekarang adalah giliran pria itu.
"Selanjutnya adalah arahan dari Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi yang membidangi akademik, kemahasiswaan, dan alumni. Beri tepuk tangan yang meriah untuk Bapak Bima Pamungkas, SE., M.Si."
Gemuruh tepuk tangan yang lebih meriah kembali menggema di ruang aula yang luas itu. Aku bisa merasakan vibes yang berbeda dari para maba saat melihat pria itu berdiri di podium. Dia memang sudah mencuri perhatian semua maba sejak awal.
Kuakui, dia memang tampak gagah berdiri disana. Dia menaikkan mic hingga sejajar dengan mulutnya lalu mengetuknya sebanyak dua kali. "Selamat pagi semuanya," ucapnya tegas.
"Selamat pagi, Paaaak." Suara riuh itu menjawab sapaannya dengan semangat. Mulutku terkatup rapat. Aku tidak sudi menyahutinya.
"Selamat datang di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jayakarta, ——"
Dia berbicara dengan tegas dan to the point. Sebagai wakil dekan 1, dia lebih fokus menjelaskan tentang hak dan kewajiban mahasiswa di bidang akademik.
Tanpa banyak usaha, dia berhasil menyedot seluruh perhatian mahasiswa— begitupun denganku. Bedanya, aku menatapnya dengan tatapan benci dan geram. Ingin sekali aku maju ke depan lalu menusuk matanya dengan menggunakan ujung pulpen yang sedang kegenggam erat saat ini.
"Sekian dan terimakasih."
Dia menutup pidatonya dan seluruh mahasiswa serempak bertepuk tangan tanpa menunggu arahan dari pembawa acara. Dia menyalami 2 wakil dekan lainnya, lalu turun dari panggung dan meninggalkan aula.
Setelah seluruh rangkaian acara selesai, kami pun keluar dari aula dengan teratur menuju kelas masing-masing. Setibanya di dalam kelas, kulihat para mahasiswi berkerumun membentuk lapak gosip. Aku tidak berniat menguping. Tapi percakapan mereka yang heboh terdengar sangat jelas di telingaku. Aku mendengar mereka menyebut-nyebut nama pria itu dengan antusias.
"Pak Bima ganteng banget, anjir!
"Gantenglah. Istrinya aja cantik. Kalian tahu Sharon Aulia, kan? Artis sinetron yang sekarang udah jadi anggota DPR."
"Itu istrinya? Wah, mundur teratur deh gue."
"Vibesnya kayak Chicco Jerikho, nggak sih?"
"Iya-iya, anjir!"

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Blood
Romance"Bagaimanapun, darahnya mengalir dalam tubuhku. Tidak sepantasnnya aku memiliki perasaan ini untuknya." Mentari berniat membalaskan dendamnya pada Bima Pamungkas, ayah biologisnya, atas perbuatannya yang telah meninggalkan ibunya saat sedang hamil d...