Bab 26b

2K 212 19
                                    

Welcome back with me 🫶
Sebelum scroll tekan ☆ nya dulu ya. Thanks.

============

Segera kurogoh kantong jaketku dan betapa leganya aku setelah mendapati botol pepper spray masih berada di sana. Sejak kejadian naas beberapa bulan lalu saat aku dihadang dan hampir dilecehkan oleh beberapa preman mabuk di jalan, aku selalu membawa pepper spray ukuran mini setiap kali aku harus keluar malam sendirian. Ini penting untuk berjaga-jaga. Bodohnya, aku malah melupakannya di saat-saat darurat seperti ini.

Aku berjalan sangat pelan tanpa alas kaki mendekati punggung pria itu. Kutepuk pundaknya dan saat dia menoleh ke belakang, langsung kusemprotkan pepper spray itu tepat di matanya.

"Argh! Anjing!"

Dia menjerit sambil memegangi matanya yang perih terkena cairan cabai. Kemudian, dia bangkit dan tangannya meraba-raba mencariku dengan mata tertutup. Kakinya tersungkur kaki kursi dan dia jatuh telungkup di lantai.

Sebelum dia berdiri, aku segera mengambil satu batang kayu dari api unggun. Bara kayu itu kutekan sekuat tenaga ke pahanya sampai celana jeansnya koyak dan bara kayu itu menyentuh kulitnya. Tentu saja dia meronta kesakitan. Aku tidak peduli. Ini adalah pertaruhan hidup dan mati. Jika bukan dia, maka aku yang akan mati konyol di sini.

"Woi!"

Suara pria bertato terdengar menggelegar dari arah belakang. Segera kutinggalkan tempat itu dan berlari sekuat tenaga. Di luar sangat gelap. Aku terus berlari dengan kaki telanjang menyusuri lahan kosong yang ditumbuhi semak belukar. Tidak peduli dengan bebatuan, duri, dan daun tajam yang melukai tangan dan kakiku.

Aku melihat ke belakang. Cahaya senter terlihat dari jarak beberapa meter. Mereka masih terus mengejarku. Tidak terhitung berapa kali aku tersungkur dan bangkit lagi. Dalam kegelapan yang sangat pekat, aku hanya bisa mendengar suara teriakan dan langkah kaki mereka yang semakin mendekat. Aku semakin panik dan terus berlari sambil menangis.

Aku berlari dengan insting tanpa tahu apa yang ada di depanku. Sampai akhirnya aku terperosok dan jatuh berguling-guling. Sepertinya aku jatuh ke jurang. Kupikir aku akan jatuh ke air, tertusuk ranting pohon, atau menghantam bebatuan yang tajam. Tapi ternyata tubuhku berhenti berguling dan tertelungkup di permukaan datar dan dingin. Setelah aku merabanya, aku yakin kalau ini adalah aspal. Aku sangat lega. Kuharap ada kendaraan yang melintas dan menolongku.

Aku pun duduk dan berusaha berdiri. Namun pergelangan kakiku yang pernah terkilir mengalami cedera lagi. Aku tidak sanggup berdiri.

"Itu dia!"

Kulihat ke atas dan cahaya senter mengarah tepat ke wajahku. Berakhir sudah. Mereka akan menangkapku.

Di tengah kepasrahanku, tiba-tiba terlihat lampu mobil di ujung jalan yang bergerak ke arahku. Kulambaikan tanganku setinggi mungkin.

"Tolong.." Mulutku berucap lirih dengan sisa-sisa tenaga yang hampir habis.

Aku terus memandangi cahaya yang semakin lama semakin mendekat, berharap mobil itu berhenti dan mau menolongku. Mataku silau saat mobil itu berhenti tepat di depanku. Kemudian sosok pria tinggi keluar dari mobil. Mataku menyipit mencoba melihat wajah yang terhalang silau lampu itu.

"Mentari."

Suara itu. Aku mengenalnya. Suara yang selalu hadir setiap kali aku butuh pertolongan.

Tangisku pecah saat melihat wajah pria yang kini berlutut di depanku. Tangan hangatnya menyentuh kedua pipiku dan pelukannya yang erat membuatku merasa aman. Rasa takut dan mencekam beberapa saat lalu seketika berganti dengan perasaan tenang dan damai.

I'm Your BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang