Kalian ini ya. Giliran dibuat target vote dan komen, baru pada rajin ngevote. Kemaren2 sepi amat kayak kuburan.
Kali ini targetnya dinaikin ya biar agak lama dikit tercapainya.
350 vote dan 150 komentar untuk update bab 14.MENTARI
Pagi ini kusambut dengan suasana hati cerah secerah mentari yang menyapa. Tubuhku terasa sangat bugar. Belum pernah tidurku senyaman ini sebelumnya. Biasanya aku akan terbangun di sepertiga malam entah karena kebelet pipis, kehausan, atau karena mimpi buruk. Anehnya, gangguan-gangguan itu tidak terjadi tadi malam.
Kuangkat kepalaku melihat wajah orang yang dadanya kujadikan sebagai bantal. Tangannya merangkulku sampai tidak ada jarak yang tersisa diantara kami.
Tidurnya masih nyenyak. Kulepas tangannya dari lenganku lalu aku bangun perlahan. Kuamati wajahnya yang damai. Senyum tipis tersungging di bibirku saat mengingat kejadian tadi malam dimana aku hampir terbawa suasana dan kehilangan akal sehat. Untungnya suara mengganggu dari kamar sebelah muncul tepat waktu dan menghentikan aksi itu.
Kuselimuti tubuhnya sampai dada sebelum beranjak dari ranjang. Aku berganti pakaian di balik lemari. Setelah mengganti kemeja dengan baju rumahan, aku mengumpulkan beberapa peralatan dan bahan untuk memasak. Kebetulan aku masih punya stok bihun dan telur. Aku ingin sarapan bersama dengannya sebelum ia pulang.
Kubawa peralatan dan bahan itu ke dapur umum yang ada di sebelah kamar mandi umum. Sembari bersenandung kecil, aku mulai mengupasi bumbu seadanya dan mengiris sayur kol sisa kemarin. Sekitar setengah jam lebih aku berkutat dengan kompor dan wajan. Setelah bihun goreng siap untuk disantap, aku membawanya ke kamar dengan wadah kotak makan berbahan plastik. Semoga saja dia menyukainya.
Pintu kamarku sedikit terbuka. Padahal tadi aku menutupnya dengan rapat sebelum pergi ke dapur. Mungkin dia sudah bangun, pikirku. Namun saat membuka pintu kamar lebih lebar, aku sangat kecewa karena tidak ada siapapun disana. Selimut juga sudah dilipat dengan rapi.
Kuletakkan wadah berisi bihun goreng yang masih panas itu di atas meja belajarku, lalu terduduk lesu di kursi. Bisa-bisanya dia pergi begitu saja. Dia bahkan tidak meninggalkan pesan apapun. Kekesalanku padanya kulampiaskan pada bihun yang tidak bersalah. Aku membuangnya ke keranjang sampah yang ada di luar.
#
Setibanya di kampus, aku tidak melihat mobilnya terparkir di belakang lab komputer. Ruangannya juga kosong. Kata pegawai di ruangannya, dia tidak hadir hari ini karena ada urusan keluarga.
Aku jadi penasaran dengan urusan keluarga yang dimaksud. Kubuka IG untuk melihat update-an Sharon. Biasanya dia selalu membagikan momen bersama keluarganya secara real time. Akun Sharon muncul di atas beranda menandakan kalau ada story terbaru darinya. Aku pun segera membukanya. Story-nya berisi poster-poster berbau politik, promosi UMKM, dan selanjutnya dia memosting wajah putrinya dengan tulisan "get well soon, my baby."
Kutekan layar untuk melihat story berikutnya. Sharon mengunggah foto Felicia yang sedang berbaring dan diinfus di ranjang rumah sakit. Foto itu diberi keterangan "Maafin papa mama ya, Sayang."
Ada apa dengan anak mereka?
Kugeser ke slide berikutnya. Terdapat video singkat yang menunjukkan suaminya yang berbaring di samping putrinya sambil mencium-cium tangan kecilnya. Aku tersenyum getir melihatnya. Ternyata perlakuan manisnya padaku tidak ada apa-apanya dibanding pada putri kesayangannya itu.
Tidak ada kabar apapun darinya seharian ini. Pasti seluruh perhatiannya hanya tertuju pada putrinya yang sedang sakit. Dalam sekejap mata, aku terlupakan dan tersingkirkan. Dari sini aku sadar kalau diriku tidaklah sespesial itu baginya. Aku hanyalah selingan yang bisa dia tinggalkan kapan saja. Harusnya aku tidak terbawa perasaan sampai sejauh ini. Harusnya aku fokus saja pada tujuanku untuk menghancurkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Blood
Storie d'amore"Bagaimanapun, darahnya mengalir dalam tubuhku. Tidak sepantasnnya aku memiliki perasaan ini untuknya." Mentari berniat membalaskan dendamnya pada Bima Pamungkas, ayah biologisnya, atas perbuatannya yang telah meninggalkan ibunya saat sedang hamil d...