Tekan ☆ sebelum scroll ke bawah!!
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Waktu akan terus berjalan tidak peduli apakah kamu baik-baik saja atau tidak, apakah kamu masih sanggup berjalan atau tidak. Waktu tidak akan menunggu sebab kamu bukanlah pemeran utama di alam semesta ini.
Proses perceraian antara Bima dan Sharon terus berjalan. Tampaknya Sharon sudah berdamai dengan kondisi ini. Dia cukup kooperatif dalam mengikuti proses proses perceraian mereka. Jika tidak ada kendala berarti, dalam 2 bulan ke depan mereka sudah akan resmi bercerai.
Mereka juga sudah punya kehidupan masing-masing. Bima tinggal bersamaku dan Sharon tinggal di rumah yang diberikan Bima untuknya sebagai syarat pengajuan cerai. Felix dan Felicia tinggal bersama Sharon, tapi beberapa kali mereka pernah datang ke rumah kami saat weekend, bahkan pernah menginap.
Dia sudah kembali bekerja sebagai dosen meskipun sudah tidak menjabat sebagai wakil dekan. Semua pemberitaan tentang kami seolah terlupakan begitu saja, berganti dengan berita yang lebih fresh dan menarik. Bahkan aku sudah mulai dekat dengan Felix dan Felicia. Mereka tidak sungkan-sungkan datang ke rumah ini saat weekend, bahkan pernah menginap. Ini benar-benar diluar ekspektasiku.
Oh ya, Sharon akhirnya berhasil mendapat suara terbanyak di dapilnya saat Pemilihan Umum beberapa hari lalu. Hampir bisa dipastikan dia akan kembali mendapat kursi di DPR.
Kami semua seperti kembali ke kehidupan normal yang damai dan tenteram. Tidak ada lagi pertikaian. Aku tidak mengatakan ini benar tapi beginilah adanya. Batas antara benar dan salah menjadi sangat kabur. Seolah semuanya berada pada posisi yang seharusnya. Padahal aku tahu yang terjadi sekarang ini sangatlah salah.
Sekarang aku punya rutinitas baru setelah kami tinggal serumah, yaitu membuatkan sarapan, bekal, dan juga menyiapkan pakaian kerjanya setiap pagi. Dia sudah kembali aktif sebagai dosen. Meskipun kehilangan jabatan sebagai wakil dekan setelah terungkapnya hubungan kami ke publik, dia masih aktif mengajar sebagai dosen.
Kondisi kesehatannya pun sudah kembali normal beberapa minggu setelah pulang dari rumah sakit di Penang. Dia sangat menjaga kesehatannya sekarang. No cigarettes, no alcohol, menjaga pola makan, dan pola tidur. Bukan itu saja, dia juga rajin treadmill setiap pagi.
Aku turut senang dan bangga dengan perubahan positifnya itu. Tapi alasan dibalik perubahannya itu kadang membuatku takut. Katanya, dia menjaga kesehatan dan staminanya agar aku bisa segera hamil setelah kami resmi menikah nanti. Mengingat usianya yang tidak lagi muda, dia tidak ingin menunda untuk punya anak dariku. Dia juga bilang kalau Felix dan Feli tidak keberatan kalau mereka punya adik dariku.
Bagaimana aku harus merespon semua keantusiasannya itu? Jujur aku bingung dan merasa bersalah. Aku hanya bisa tersenyum dan mengucapkan kata "amin" dengan lirih. Untuk saat ini aku hanya mengikuti alur saja, kemana takdir akan membawaku.
------
"I love you."
Tubuhku berjengit saat telinga kananku tergelitik oleh bisikan lembut dan pelukan erat dari belakang. Aku terlalu banyak merenung sampai-sampai tidak menyadari kehadirannya di dapur. Seorang pria bertelanjang dada yang baru saja selesai treadmill tiba-tiba sudah melingkarkan kedua tangannya di pundakku dan meletakkan dagunya di atas kepalaku.
"Kok kaget? Kamu lagi melamun?" tanyanya.
"Nggak kok. Kayaknya karena suara airnya jadi nggak kedengeran kamu datang."
Aku memang sedang mencuci buah dan sayur di wastafel dapur dengan air keran menyala.
"Oh.." Dia bergumam.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Blood
Romantika"Bagaimanapun, darahnya mengalir dalam tubuhku. Tidak sepantasnnya aku memiliki perasaan ini untuknya." Mentari berniat membalaskan dendamnya pada Bima Pamungkas, ayah biologisnya, atas perbuatannya yang telah meninggalkan ibunya saat sedang hamil d...