Dorr!! Spontan. Uhuy‼️
Yang gak vote dan kome, kalian ada masalah apa sih? Sini cerita.
KALAU RAME LANJUT BAB 18
*****
BIMA
Saya mulai gugup setelah menerima pesan dari Mentari yang mengatakan kalau dia sudah dalam perjalanan menuju kesini.
Sebenarnya sangat beresiko mempertemukan mereka seperti ini. Felix dan Felicia pasti akan bertanya-tanya tentang hubungan kami. Mereka bukan anak kecil lagi yang bisa di-distract dengan mudah. Tapi saya juga tidak tega menolak permintaan Mentari. Dia kelihatan sangat antusias ingin berkenalan dengan anak-anak saya.
Tapi setelah mengetahui kalau orang yang dicari-cari oleh Felicia belakangan ini adalah dia, saya jadi agak tenang. Saya yakin mereka bisa akrab di pertemuan pertama mereka nanti. Saya juga sudah mengingatkan Mentari agar memperkenalkan dirinya sebagai murid saya. Semoga tidak ada masalah.
Untungnya hari ini Felix tidak ikut bergabung karena dia ada kelas tambahan untuk siswa kelas VI. Setidaknya beban saya sedikit berkurang karena Felix bukanlah anak yang mudah beradaptasi dengan orang baru.
"Pa.. kita nunggu siapa sih? Lama banget," keluh Felicia.
"Sabar ya, Sayang. Papa punya kejutan buat kamu. Papa jamin kamu bakalan senang ketemu orang ini."
"Tapi Feli udah lapar, Pa."
Saya melihat jam tangan. Sudah jam setengah dua. "Ya sudah kamu makan duluan aja, ya." Feli mengangguk senang.
Pandangan saya mengarah ke luar lewat dinding kaca restoran. Harusnya gadis itu sudah sampai karena jarak kampus dan restoran hanya berkisar 10 menit jika ditempuh dengan sepeda motor.
Setelah 15 menit berlalu dari waktu dia mengirim pesan, akkhirnya motor ojek online yang membawanya berhenti di depan restoran. Saya melambaikan tangan padanya dan dia membalasnya.
"Sayang, teman Papa udah datang. Yang sopan, ya," ujar saya pada Felicia yang sedang makan sambil menggulir layar ponselnya.
Dia berhenti makan dan meletakkan ponselnya. "Dimana, Pa?" tanyanya melihat ke arah luar.
"Itu." Saya menggerakkan dagu ke arah pintu. Dia pun memutar badan ke belakang.
"Kakak toilet?" pekiknya. "Pa, itu kakak yang Feli ceritain, yang nolongin Feli di toilet mall," serunya antusias.
"Iya, Sayang. Papa udah tau." Kami berdua berdiri untuk menyambut Mentari yang sudah mendekat.
"Hai." Mentari berdiri di samping meja dan melambaikan tangan pada kami berdua.
"Hai. Ayo duduk." Saya menarik kursi di sebelah saya dan dia duduk disana.
"Kakak masih ingat aku?" Feli bertanya tak sabaran. Dia menatap Mentari dengan mata berbinar kagum.
"Ingat dong. Kamu yang waktu itu nangis di toilet karena ada darah di celana kamu, kan? Kata papa kamu, kamu mau ketemu sama aku, ya?" ucap Mentari dengan ramah.
Saya tersenyum lega melihat interaksi mereka yang hangat.
"Iya, ternyata kakak masih ingat. Makasih ya, Kak udah nolongin Feli waktu itu. Oh iya, kenalin nama aku Felicia Yasmin. Panggilannya Feli. Kalau nama Kakak siapa?"
"Halo, Feli. Namaku Tari."
Mereka saling berjabat tangan. Baru kali ini saya melihat Mentari begitu hangat pada pertemuan pertama dengan orang lain. Setahu saya, dia adalah gadis yang dingin dan sulit berbasa-basi, tapi dia berbeda terhadap Felicia. Syukurlah.
![](https://img.wattpad.com/cover/345966300-288-k579050.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Blood
Romance"Bagaimanapun, darahnya mengalir dalam tubuhku. Tidak sepantasnnya aku memiliki perasaan ini untuknya." Mentari berniat membalaskan dendamnya pada Bima Pamungkas, ayah biologisnya, atas perbuatannya yang telah meninggalkan ibunya saat sedang hamil d...