Bab 33a

1.2K 146 7
                                    

Tekan ☆ sebelum scroll ke bawah!!

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

POV PENULIS

Bima baru saja selesai melakukan treadmill di teras samping rumah. Dia mengelap wajah dan badannya yang berkeringat dengan handuk kecil sambil berjalan menuju dapur. Langkahnya tiba-tiba berhenti saat melihat seorang wanita cantik sedang duduk di kursi meja makan sambil mencatat dengan wajah serius. Diaktifkannya kamera ponselnya lalu mengambil beberapa foto candid wanita itu.

"Cantik," gumamnya puas melihat hasil tangkapan kameranya.

Dia kembali berjalan mengambil gelas berisi jus buah yang sudah tersedia di atas meja kitchen, lalu mendekati wanita yang sedang memakai dress piyama selutut warna merah muda itu. Si wanita mengangkat kepalanya saat menyadari kehadiran si pria. Dia tersenyum hangat dan kembali berkutat dengan catatannya.

"Serius amat. Lagi ngerjain apa?" tanya Bima setelah duduk di sebelah Mentari dan mendekatkan kursinya hingga tidak ada jarak di antara mereka. Dia juga memijat lembut tengkuk wanita itu.

"Daftar belanja bulanan. Nanti siang aku mau belanja ke supermarket sekalian beli bahan untuk barbeque-an nanti malam. Kamu mau nitip sesuatu nggak?" balas Mentari.

Bima mengangguk. Tadi malam dia memang merencanakan makan malam romantis dengan konsep barbeque untuk malam ini. Katanya untuk merayakan sesuatu, tapi dia masih merahasiakannya dari Mentari.

"Beli red wine, ya. Satu botol aja," ucap Bima menimpali pertanyaan Mentari.

Mentari menoleh dengan kening berkerut. "Yakin? Katanya nggak mau minum alkohol lagi."

"Bolehlah sesekali. Merayakan sesuatu yang spesial tidak akan lengkap tanpa wine."

"Merayakan apa sih? Perasaan gak ada yang lagi ulang tahun deh."

"Sabar aja. Nanti juga kamu tahu kok," ucap Bima santai lalu meneguk jusnya kembali.

"Dari tadi malam main rahasia-rahasiaan terus. Ngeselin!" Mentari merajuk dengan bibir cemberut membuat Bima gemas.

"Jangan cemberut begitu. Kamu tahu kan akibatnya kalau kamu manyun kayak gitu di depan saya?"

Tak ingin berurusan panjang dengan pria buas di depannya, Mentari pun langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Dasar mesum!"

Bima mengangkat bahu. "Memang," sahutnya dengan bangga.

Mereka pun kembali dengan kesibukan masing-masing. Mentari mengingat-ingat apa yang perlu untuk dibeli nanti dan mencatatnya, sementara Bima tetap berada di sebelahnya sambil memainkan ponselnya.

Tiba-tiba Mentari bersuara.

"Sayang, aku boleh minta sesuatu nggak?" Dia bertanya ragu.

Bima menghentikan ketikan di ponselnya dan memberikan seluruh perhatiannya pada kekasihnya itu. "Minta apa, Sayang?" tanyanya sambil mengelus rambut Mentari.

"Mmm... Nggak jadi deh." Mentari berubah pikiran dan kembali mematut catatannya di atas meja makan.

"Nggak, nggak." Bima menarik catatan dan pulpen di tangan Mentari dan menjauhkannya dari jangkauan wanita itu. Kemudian dia memutar kursi yang diduduki Mentari sehingga mereka duduk berhadap-hadapan.

"Mau minta apa?" tanya Bima dengan serius. Dia menggenggam kedua tangan Mentari di atas pangkuan wanita itu.

Selama ini Mentari belum pernah meminta barang apapun darinya. Kalau dia sampai meminta berarti itu adalah sesuatu yang sangat dia inginkan dan tentu saja Bima tidak bisa mengabaikannya begitu saja.

I'm Your BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang