Tekan ☆ sebelum scroll ke bawah!!
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Bima berhenti tak jauh dari gerbang rumah Sharon. Dia enggan untuk masuk karena ada banyak wartawan yang masuk ke dalam area rumah itu. Berkali-kali dia menghubungi ponsel Sharon tapi tidak ada respon. Akhirnya pria itu menghubungi telepon rumah dan diangkat oleh salah satu ART.
"Halo selamat siang?"
"Halo, Bi. Ini saya."
ART itu langsung mengenali suara tuannya tanpa harus memperkenalkan diri. "Pak Bima? Ada apa, Pak?" tanyanya dengan hormat.
"Ada apa di rumah? Kenapa banyak wartawan?"
"Bu Sharon mengundang wartawan untuk konferensi pers, Pak."
"Oh.. Ibu ada di rumah?"
"Ada, Pak. Mau saya panggilkan?"
"Tidak, tidak. Suruh saja Sharon menemui saya di halaman belakang. Saya mau masuk lewat pintu belakang."
"Baik, Pak."
Setelah menutup telepon, ART itu bergegas menemui majikannya di ruang wardrobe. Sharon sedang didandani oleh MUA dan hair stylish untuk melakukan konferensi pers. Maksud dari konferensi pers kali ini adalah untuk mengumumkan perceraiannya secara resmi ke media dan masyarakat.
"Permisi, Bu," ucap ART setelah mengetuk pintu yang terbuka dan berdiri di ambang pintu.
"Iya, Bi ada apa?" tanya Sharon dengan mata tertutup karena MUA-nya sedang mengaplikasikan eyeshadow di kelopak matanya.
"Maaf Bu mengganggu. Bapak barusan telpon. Ibu diminta ke halaman belakang sekarang."
Sharon langsung membuka mata dan menghentikan pekerjaan MUA-nya.
"Bima?" tanya wanita itu memastikan.
"Betul, Bu. Pak Bima menunggu Ibu di halaman belakang," ujar ART itu sambil menunjuk ke belakang dengan jempolnya.
Tanpa pikir panjang, Sharon langsung beranjak dari kursinya tanpa memperhatikan make-up dan hairdo-nya yang masih setengah jadi. Dia terlalu antusias untuk menemui mantan suaminya itu. Ya, bagaimanapun hubungan mereka sekarang, akan selalu ada ruang di hatinya untuk pria yang telah mendampinginya selama belasan tahun itu.
Sharon tersenyum lebar saat melihat punggung pria yang sedang berdiri membelakanginya di koridor sempit yang menghubungkan pintu halaman belakang dengan taman. Langkahnya lebar menghampiri pria itu. Dia terlihat sangat antusias meskipun belum mengetahui hal apa yang membawa mantan suaminya itu kembali ke rumah mereka.
Bima berbalik saat mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Saat melihat kedatangan Sharon, dia pun segera melangkah cepat seolah hendak menyerang Sharon. Dan benar saja, saat jarak diantara mereka hanya tersisa beberapa jengkal, Bima langsung mencekik leher Sharon dan membenturkan punggungnya ke tembok. Sharon terkejut bukan main.
"Kenapa kamu sembunyikan identitas Mentari dari saya?" tanya Bima dengan mata menyala-nyala penuh amarah.
"Lepasin!" Wanita yang tidak tahu apa-apa itu berusaha melepas tangan Bima dari lehernya. Dia kesakitan dan kesulitan bernapas.
"Kenapa kamu merahasiakannya, Sharon? Kenapa?!"
Sharon yang tersulut emosi akhirnya menampar Bima dengan keras membuat pria itu terdiam dan tersadar dari kekalutannya. Perlahan-lahan cengkeraman tangannya di leher Sharon mengendur dan dia mundur sampai punggungnya menyentuh tembok di sisi yang berlawanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Blood
Roman d'amour"Bagaimanapun, darahnya mengalir dalam tubuhku. Tidak sepantasnnya aku memiliki perasaan ini untuknya." Mentari berniat membalaskan dendamnya pada Bima Pamungkas, ayah biologisnya, atas perbuatannya yang telah meninggalkan ibunya saat sedang hamil d...