Bab 8

2.7K 226 31
                                    

Selamat hari kamis 🤍

MENTARI

Setelah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, aku segera mengintipnya dari luar. Dia sudah pergi. Syukurlah.

Kuhempaskan bokongku ke atas kasur yang berada di lantai. Kuluruskan kaki kananku yang sakit. Luka di siku lututku tidak parah, tapi pergelangan kakiku terasa sangat sakit ketika melangkah. Bahkan sekarang pun rasanya masih berdenyut-denyut. Pasti ada yang salah dengan pergelangan kakiku.

Benar-benar hari yang sial.

Insiden tabrakan itu sebenarnya tidak sepenuhnya salah dia. Tadi pagi aku bangun kesiangan. Saat hendak memasuki gerbang belakang kampus, aku menyalip dua mobil di depanku dan terjadilah insiden itu. Mobilnya menyerudukku dari belakang.

Kurebahkan tubuhku sambil mengecek HP. Saat aku membuka IG, postingan pertama yang kulihat adalah screen capture artikel yang berjudul "Sharon dan Bima Kembali Tampil Mesra. Mereka Membantah Adanya Kisruh dalam Rumah Tangga Mereka".

Segera kubuka tautan menuju artikel itu. Aku membacanya dan melihat beberapa foto mereka saat melakukan konferensi pers tadi pagi. Aku juga menonton video konferensi pers mereka.

Kugenggam HP-ku erat. Aku geram melihat kemesraan mereka. Semua isu miring yang menerpa Sharon selama 2 minggu ini ternyata tidak mempengaruhi hubungan mereka sedikitpun. Hanya dengan satu klarifikasi, Sharon bisa memulihkan namanya dengan mudahnya. Komentar-komentar positif kembali membanjiri media sosialnya seolah mereka lupa dengan ketikan mereka beberapa hari lalu.

Lihat saja nanti kalau aku sudah mendapatkan bukti perselingkuhannya. Apakah Sharon masih mau bertahan dengan pria bejat itu? Kurasa tidak.

*****

Aku tersentak bangun ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Entah sudah berapa lama aku tertidur sampai aku tidak sadar kalau hari sudah gelap.

"Sebentar.." ucapku pada siapapun yang sedang mengetuk pintu kamarku itu.

Aku bangun dari tidurku dengan susah payah. Aku kesulitan menggerakkan kaki kananku. Saat aku melihat ke bawah, alangkah terkejutnya aku melihat kondisi kakiku sekarang. Pergelangan kakiku bengkak sampai ke jari-jari. Aku tidak sanggup berdiri. Tapi suara ketukan di balik pintu itu terdengar semakin mengganggu.

"Siapa?" tanyaku.

"Saya."

Suara itu sangat akrab di telingaku. Itu adalah suara si laki-laki brengsek yang sudah membuatku jadi seperti ini. Kurebahkan tubuhku kembali membelakangi pintu dan kututup telingaku dengan menggunakan bantal. Aku masih malas bertemu dengannya mengingat video klarifikasi mereka tadi pagi.

"Mentari!"

Kepalaku menoleh dengan cepat ke belakang saat mendengar suaranya yang sangat jelas memanggil namaku. Sial! Aku lupa mengunci pintu. Sekarang dia sedang berdiri di depan pintu kamarku yang terbuka lebar dengan kedua tangan menenteng plastik belanja minimarket.

Aku mendengus kesal lalu duduk dengan susah payah. Kuseret kakiku kananku yang terbujur lurus sampai punggungku bersandar ke dinding. Dia melangkah masuk ke dalam kamar dan menghampiriku.

"Anda baik-baik saja? Saya datang untuk mengembalikan sepeda Anda yang sudah diperbaiki dan membawakan Anda sedikit persediaan makanan dan obat luka," ucapnya.

Baik matamu! Gak liat kakiku bengkak kayak gini! Aku mendumel dalam hati.

Dia meletakkan dua plastik besar yang dia bawa ke atas meja lipat yang ada di samping kasurku, kemudian berjongkok dan memegang telapak kakiku yang bengkak. "Sepertinya terjadi masalah serius dengan kaki Anda. Mari saya bawa ke rumah sakit," ujarnya.

I'm Your BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang