HAPPY NEW YEAR, GUYS. 🥳🥳🥳
Berhubung momen tahun baru, saya kasih update meskipun target vote dan komen di bab sebelumnya belum tercapai (huhu.. agak sedih sih sebenarnya.)
Capai target 150 komentar dan 200 vote untuk membuka bab selanjutnya. (Komen Spam akan dihapus)
♡♡♡♡
Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan saya dan Sharon yang ke 14. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Sharon akan mempersiapkan pesta perayaan mewah yang dihadiri oleh rekan-rekan sosialitanya. Bagi saya, itu adalah 1 malam paling melelahkan sepanjang tahun karena harus berhadapan dengan banyak kamera, orang-orang baru dan menebarkan senyum palsu. Walaupun Sharon tidak lagi bekerja di dunia entertain, tapi dia masih memiliki fans yang militan, yang akan mengikuti setiap kabar terbaru dari Sharon.
"Ehem!" Terdengar suara deheman Sharon dari depan pintu ruang wardrobe.
Saya menoleh sebentar. "Ada apa?" Saya bertanya sambil memakai kemeja di depan cermin besar.
Dia datang menghampiri dan mengambil alih kegiatan saya yang sedang mengancingkan kemeja. Saya membiarkannya lalu menggulung lengan kemeja sampai melewati jam tangan.
"Happy anniversary, ya."
Gerakan tangan saya terhenti dan saya mulai memperhatikan wajahnya dari dekat. Saya baru menyadari ada kerutan halus di sekitar bawah matanya. Sudah sangat lama saya tidak melihat wajahnya sedekat ini. Dia sudah berusia 40 tahun, jadi wajar fisiknya mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan.
"Iya." Saya membalas ucapannya, lalu kembali melihat ke cermin.
Dia masih tetap berdiri di depan saya, memeluk, lalu menyandarkan kepala di pundak saya. Pagi ini dia terlihat melankolis. Mungkin karena hari ini adalah hari pernikahan kami dan sudah beberapa hari ini kami saling diam. Tangan saya menggantung di samping tubuh, tidak membalas pelukannya.
"Udah lama banget ya kita nggak pelukan kayak gini," ucapnya lirih.
"Hm."
"Maaf, ya. Selama 14 tahun pernikahan kita, aku banyak bikin salah dan buat kamu kecewa. Kadang aku bertanya-tanya kenapa kamu masih bertahan padahal aku udah mengkhianati kamu berkali-kali. Tapi apa pun alasan kamu, entah itu karena anak atau karena mendiang mama kamu, aku berterima kasih karena masih bertahan sampai detik ini. Walaupun pernikahan kita ini terjadi karena perjodohan, tapi aku nggak pernah menyesalinya. Keputusan terbaik yang pernah aku buat adalah menerima perjodohan ini dan menjadi istri kamu. Semoga kita selamanya sampai tua, ya. Sampai Tuhan sendiri yang memisahkan kita." Dia mengangkat wajahnya dan menatap saya. "Bukan orang ketiga," lanjutnya dengan intonasi penekanan. Ada makna terselubung di balik kalimat terakhirnya itu.
Saya menghela napas lalu mendorong pundaknya pelan. "Udah, ya. Saya mau sarapan dulu."
Saya menepuk pundaknya, lalu meninggalkannya di ruang wardrobe menuju meja makan.
#
Saya terdampar di ballroom sebuah hotel bintang lima yang didekorasi sedemikian rupa sehingga terlihat semakin megah dan mewah. Tamu-tamu sudah berdatangan sejak tadi. Tidak ada satu pun yang saya kenal. Setelah memberi selamat pada kami berdua, mereka membentuk kelompok-kelompok dan sibuk merekam dan berswafoto. Senyum palsu penuh kemunafikan bertebaran di mana-mana.
Gandengan tangan Sharon tidak pernah terlepas sedetik pun dari lengan saya. Dia menenteng saya kesana kemari dan memperkenalkan saya pada kenalan-kenalannya. Sesekali dia bergelayut manja di lengan saya saat menyadari ada kamera yang menyorot ke arah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Blood
Romance"Bagaimanapun, darahnya mengalir dalam tubuhku. Tidak sepantasnnya aku memiliki perasaan ini untuknya." Mentari berniat membalaskan dendamnya pada Bima Pamungkas, ayah biologisnya, atas perbuatannya yang telah meninggalkan ibunya saat sedang hamil d...