Bab 26a

2.6K 229 31
                                        

Halo everyone! Welcome back 🖐🖐

Sebelum lanjut scroll tekan ☆ nya dulu ya sayang2ku.

Ketik "Kota asal kalian" di kolom komentar.

Kalau udah, bolehlah scroll ke bawah.

♡♡♡

Saya menerima tagihan kartu kredit Sharon yang merupakan tanggungan saya. Selama belasan tahun kami menikah, saya tidak pernah mengecek transaksi kartu kreditnya. Tapi keisengan saya hari ini akhirnya mengungkap kebusukan Sharon. Dia berselingkuh.

Pada transaksi kartu kreditnya, saya menemukan bahwa Sharon melakukan pembelian di aplikasi penjualan tiket pesawat dan booking hotel. Seingat saya, kami tidak melakukan perjalanan keluarga dalam bulan ini yang mengharuskan Sharon melakulan pembelian tiket pesawat dan reservasi hotel. Kalau untuk perjalanan dinas, seharusnya dipesan melalui pihak kantor, bukan pribadi.

Saya mulai menaruh curiga pada Sharon. Dia pernah ketahuan berselingkuh dua kali, jadi bukan tidak mungkin dia melakukannya lagi sekalipun dia sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Untuk membuktikan kecurigaan itu, saya pun menghubungi call center bank penyedia kartu kredit tersebut dan meminta verifikasi transaksi pada tanggal pembelian tiket pesawat dan reservasi hotel. Ternyata tiket pesawat yang dipesan oleh Sharon adalah tiket pesawat PP Jakarta-Bali sesuai jadwal keberangkatannya kemarin dan kepulangannya 2 hari lagi. Reservasi hotelnya pun di tanggal yang sama. Tiket pesawat dipesan untuk 2 orang dewasa, yaitu atas nama Sharon Aulia dan Arditama Wibowo.

Saya belum pernah mendengar nama itu. Untuk mengetahuinya, saya mengetik nama pria itu di mesin pencarian internet. Ternyata dia adalah aktor sinetron berusia 35 tahun yang terjun ke dunia politik dan merupakan calon legislatif juga. Mereka berkecimpung di dunia yang sama. Mungkin hal itu membuat mereka merasa cocok satu sama lain.

Tapi apa pun alasannya, perbuatan Sharon tetap tidak bisa dibenarkan. Kemunafikannya membuat saya muak. Terlebih lagi, dia menggunakan uang saya untuk membiayai perselingkuhannya.

Detik itu juga saya segera mengajukan pemblokiran untuk kartu kredit tersebut.

Sharon menghubungi saya satu jam kemudian Saya mengabaikannya. Dia pasti ingin mempertanyakan kenapa saya memblokir kartu kreditnya.

Pada hari kepulangan Sharon, saya sengaja menunggunya di rumah. Felix dan Felicia masih berada di sekolah. Semoga saja Sharon sudah tiba sebelum mereka pulang. Saya tidak ingin mereka mendengar pertengkaran kami lagi seperti tempo hari saat saya baru pulang dari Subang.

"Bapak di rumah, Bi? Mobilnya ada di depan."

Terdengar suara Sharon dari arah ruang tamu. Saya mengecilkan volume TV di ruang keluarga dan menunggunya di sofa.

Dia pun muncul. Di belakangnya ada dua orang ART yang sedang membawa koper dan tas belanjaannya.

"Taro di kamar ya, Bi," titahnya pada kedua ART itu, lalu menghampiri saya.

Dia menghempaskan tubuhnya di sofa single di sebelah saya.

"Kartu kreditku kenapa nggak bisa dipake, ya? Kamu lupa bayar tagihannya?" Pertanyaan itu terlontar dari mulutnya dengan sangat enteng.

"Sudah saya blokir."

"Apa?" pekiknya. "Maksud kamu apa?"

Saya mengalihkan pandangan dari TV dan menatapnya tajam. "Mulai sekarang, saya tidak akan memberi nafkah apa pun lagi untuk kamu. Saya tidak sudi uang saya dipakai untuk membiayai perselingkuhan kamu bersama laki-laki bernama Arditama Wibowo itu."

I'm Your BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang