Bab 33b

1.3K 164 22
                                    

Tekan ☆ sebelum scroll ke bawah!!

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Di sebuah kafe yang masih sepi pengunjung terdapat dua orang pria dewasa duduk berhadap-hadapan.

"Apa ini?"

Bima menarik selembar foto yang diserahkan oleh informannya bernama Tom. Ekspresi wajahnya langsung berubah tegang saat melihat foto itu. Mulutnya terkatup rapat dan dia hanya diam memandangi foto di tangannya sampai matanya berkaca-kaca dan bahunya bergetar. Dia tertunduk dan menangis.

Diremasnya foto yang menampilkan gambar sebuah makam sederhana dengan nisan bertuliskan nama Melati Anggraeny dengan tanggal lahir yang sama persis dengan Melati yang ia cari. Tidak pernah terpikir olehnya kalau Melati meninggal di usia yang sangat muda.

Setelah beberapa saat, dia menghapus air matanya dan menarik napas dalam untuk menenanangkan diri.

"Jadi Melati sudah meninggal dunia?" tanya Bima untuk memastikan kebenarannya.

"Benar, Pak. Mendiang ibu Melati dimakamkan di TPU Kota Medan. Saya sendiri yang mengambil foto itu."

Bima mengangguk berat. Meskipun sudah tidak ada perasaan spesial, dia tetap berkabung saat mengetahui cinta pertamanya itu sudah meninggal dunia.

"Apa yang terjadi dengan Melati? Dia meninggal karena sakit atau ada penyebab lain?"

"Dari informasi yang saya dapatkan, mendiang Ibu Melati sudah mengeluh sakit di bagian perut selama berbulan-bulan sebelum meninggal dunia, Pak. Mendiang hidup dalam kemiskinan bersama satu orang anak perempuannya sehingga tidak ada biaya untuk berobat ke rumah sakit."

"Suaminya?" tanya Bima semakin penasaran.

"Ibu Melati tidak pernah menikah, Pak. Beliau memang punya satu anak perempuan, tapi beliau tidak pernah bersuami seumur hidupnya."

"Apa?!" Bima terkejut luar biasa. Dia mulai merasa ada yang janggal.

Dia ingat betul dulu mamanya pernah mengatakan kalau Melati dan neneknya pergi meninggalkan desa setelah Melati dilamar oleh seorang pria dari kota. Jadi tidak mungkin dia tidak bersuami.

"Bapak pasti salah. Setahu saya Melati sudah menikah dan anak itu pasti anaknya bersama suaminya," bantahnya.

"Tapi informan saya ini cukup valid, Pak Bima. Seorang janda bernama Magdalena, biasa disapa Bi Lena. Dia ini pemilik rumah kontrakan yang disewa Ibu Melati dan anaknya selama bertahun-tahun. Selain itu Ibu Melati juga bekerja sebagai tukang masak di usaha katering Ibu Lena ini. Jadi bisa dibilang mereka cukup dekat. Bahkan Ibu Lena ini juga mengurus makamnya Ibu Melati setelah anak perempuan Ibu Melati merantau ke Jakarta."

"Anak Melati di Jakarta? Memangnya berapa usianya? Siapa yang merawatnya di sini?" tanya Bima.

Pak Tom tidak langsung menjawab pertanyaan Bima. Dari gerak-geriknya yang gelisah, dia sepertinya ragu untuk menjawab pertanyaan Bima.

"Ada apa, Pak?" Ternyata Bima membaca gelagat aneh dari Pak Tom.

"Pak Bima. informasi yang akan saya sampaikan ini mungkin akan lebih mengejutkan dari sebelumnya."

Bima menggebrak meja. "Tolong jangan bertele-tele!" bentaknya. Dia mulai kewalahan mengontrol emosinya.

Pak Tom meneguk kopi dari cangkir di depannya, lalu menghela napas panjang.

"Apa Anda masih berhubungan dengan perempuan yang ramai diberitakan sedang menjalin hubungan dengan Anda belakangan ini?" tanya Pak Tom membuat kening Bima berkerut.

I'm Your BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang