Kalau jumlah like dan komen sudah lebih banyak dari bab sebelumnya, baru lanjut ke bab selanjutnya.
♡♡♡
"Sharon!" Dia berseru sambil memasuki kamar dengan langkah besar.
Aku segera bangkit dari tidurku. "Sharon disini?" tanyaku.
Dia duduk di tepi ranjang dan memegang kedua pipiku. "Kunci pintu. Jangan dibuka apapun yang terjadi. Oke?" titahnya dengan wajah tegang.
Aku hanya mengangguk. Kemudian dia mencium keningku dan mengajakku beranjak dari ranjang. Bel pintu masih terus berbunyi. Saat kami berdiri di depan pintu kamar, dia kembali mengingatkanku agar mengunci kamar dari dalam dan tidak membukanya kecuali dia yang minta.
Setelah mengunci kamar dari dalam, kutempelkan telinga ke pintu untuk mendengar perbincangan mereka.
"Mana perempuan jalang itu! Sembunyi dimana dia!" Terdengar teriakan Sharon di ruang tamu.
"Jangan buat keributan, Sharon. Ayo pulang! Kita bicarakan di rumah." Si suami membentak istrinya.
"Kamu udah gila, ya?! Mahasiswi kamu sendiri kamu jadikan simpanan! Berapa umurnya? 18? 20? Aku nggak nyangka kamu serendah itu."
"Shar.. kita bicarakan di rumah. Ayo pulang."
"Nggak! Aku harus bicara langsung sama pelacur kecil itu. Aku mau liat secantik apa dia sampai bisa bikin kamu nggak waras kayak gini. Kamu sembunyikan dimana dia, hah!"
Aku terkejut karena gedoran yang sangat keras dari balik pintu disertai putaran handle pintu berkali-kali. Aku mundur beberapa langkah menjauhi pintu.
"Buka pintunya, jalang sialan! Keluar kamu dari apartemen suami saya."
"Shar, jangan buat keributan disini."
"Aku nggak akan tinggal diam lagi, Bima. Aku berhak mengusir dia dari sini karena aku masih istri sah kamu. Hei, jalang! Keluar! Kamu minta uang berapa untuk meninggalkan suami saya? Ayo ngomong sama saya!"
Sharon terus menggedor pintu dan berteriak. Sangat berisik.
Mereka terus berdebat hingga akhirnya suara mereka semakin menjauh dan menghilang.
Aku keluar dari kamar setelah keadaan benar-benar sunyi. Pertunjukan pagi ini cukup menarik. Sayang sekali, aku tidak bisa menyaksikannya secara langsung.
*****
Di depan kelasku terdapat sebuah pendopo kecil yang biasa dijadikan sebagai tempat nongkrong atau sekedar ngadem oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi. Di dalam pendopo, berjejer beberapa meja dan kursi yang biasa digunakan oleh mahasiswa untuk rapat kecil atau belajar kelompok. Aku duduk di salah satu kursi itu bersama 3 orang mahasiswa sekelasku untuk mengerjakan tugas kelompok.
Kerja kelompok ini kami lakukan di sela-sela jam kosong sembari menunggu jadwal kelas selanjutnya. Setiap anggota kelompom mendapat satu soal untuk dikerjakan. Setelah itu, masing-masing akan menyampaikan hasil pekerjaannya di dalan kelompok untuk didiskusikan. Aku mengerjakan soal sambil memakan risol mayo yang kubeli dari mahasiswa yang berjualan untuk aksi dana.
Saat aku sedang fokus mencari referensi dari internet, suara bisik-bisik dari sekitarku mengalihkan perhatianku. "Eh, ada Pak Bima tuh." Begitulah bisik-bisik mereka.
Aku refleks menoleh ke arah orang yang berbisik itu lalu melihat ke arah pandangan mereka. Ternyata benar. Itu adalah orang yang tadi malam menciumku habis-habisan dan tidur berpelukan denganku sampai pagi. Juga orang yang tadi pagi dilabrak oleh istrinya karena tidak pulang ke rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Blood
Romance"Bagaimanapun, darahnya mengalir dalam tubuhku. Tidak sepantasnnya aku memiliki perasaan ini untuknya." Mentari berniat membalaskan dendamnya pada Bima Pamungkas, ayah biologisnya, atas perbuatannya yang telah meninggalkan ibunya saat sedang hamil d...