Tekan ☆ sebelum scroll ke bawah!!
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Bima terkapar dengan posisi telungkup di atas ranjang sejak 1 jam lalu. Tiga botol minuman beralkohol tergeletak di lantai di dekat tempat tidurnya. Kamarnya yang sudah berhari-hari tidak dibersihkan dan tidak dibuka gordennya sudah sangat pengap dan dipenuhi aroma asap rokok. Kondisi kamar itu benar-benar kacau dan berantakan.
Pria penghuni kamar itu sedang mencoba untuk tidur. Setiap kali matanya mulai terpejam, tubuhnya akan tersentak karena mimpi buruk. Dia mengalami insomnia berat beberapa hari belakangan ini sampai-sampai obat tidur pun tidak bisa menolongnya.
Dia masih termenung dengan mata terbuka dan posisi tidur masih telungkup. Tiba-tiba cairan bening menetes dari sudut matanya dan jatuh ke bantal. Dia sedang teringat akan kenangannya bersama Mentari di kamar itu, di ranjang itu.
Pernah suatu malam, Mentari memaksanya tidur cepat karena beberapa hari belakangan dia sering begadang untuk memeriksa kertas ujian mahasiswa.
"Ini masih jam 9, Sayang. Saya tidak biasa tidur secepat ini."
"Nggak biasa bukan berarti gak bisa, kan." Mentari menutup laptop yang sedang dipakai oleh Bima untuk mengetik, lalu menarik paksa pria itu agar bangkit dari kursi.
Akhirnya Bima mengalah dan menuruti keinginan Mentari. Mereka naik ke atas ranjang.
"Sini," ucap Mentari sambil menepuk bantal di pahanya.
Dengan senang hati Bima meletakkan kepala di bantal yang ada di pangkuan perempuan itu.
"Kamu pernah dengar dongeng Gadis Penjual Korek Api, nggak?" tanya Mentari sambil membelai-belai rambut pria berusia 38 tahun itu.
"Sepertinya pernah, tapi saya lupa," jawab Bima dengan mata terpejam. Dia sangat menikmati belaian dan pijatan tangan Mentari di kepala dan pundaknya.
"Mau aku ceritain?"
Bima menyeringai tipis. "Boleh," ujarnya.
Mentari pun menceritakan kisah Gadis Penjual Korek Api dengan suara lembut sambil terus memanjakan Bima dengan pijatan dan belaian tangannya. Itu adalah dongeng yang sering diceritakan ibunya padanya saat dia masih kecil. Diantara banyak cerita dongeng, kisah Gadis Penjual Korek Api adalah dongeng yang paling berkesan untuk Mentari karena dia merasa sangat relate dengan Si Gadis Penjual Korek Api yang miskin, hidup menderita, dan mati karena kelaparan.
Bima tersentak dari tidurnya. Dering telepon membuatnya terbangun. Dengan malas, tangannya meraba-raba mencari ponsel.
"Hm.." Pria itu bergumam dengan suara berat menjawab panggilan dari Sharon.
"Anak-anak mau merayakan malam Natal bareng kita berdua. Kamu bisa, kan? Kalau bisa biar aku booking hotel di Ancol sekarang. Ada pesta kembang api di sana malam ini." ucap Sharon to the point dengan nada jutek.
Bima melihat tanggal di layar ponselnya. Dia terlalu lama menarik diri dari dunia luar sampai-sampai ia tidak sadar kalau hari ini sudah tanggal 24 Desember, artinya nanti malam adalah perayaan malam Natal untuk menyambut hari Natal.
"Iya, bisa," jawabnya sambil duduk.
"Oke. Kami tunggu di rumah, ya. Kita berangkat sore. Kamu bisa nyetir?" tanya Sharon. Dia tahu mantan suaminya itu sedang kacau beberapa hari ini. Jadi kalau kondisinya tidak memungkinkan untuk menyetir, dia akan membawa supir pribadinya.
"Aman." Bima menekan kepalanya yang terasa pusing.
Setelah menutup sambungan telepon, Bima menapakkan kedua kakinya ke lantai, lalu melakukan peregangan otot. Saat hendak berdiri, tiba-tiba dia merasa mual. Dia pun bergegas ke kamar mandi untuk menumpahkan isi perutnya yang hanya berupa cairan bening. Perutnya memang sudah bermasalah sejak beberapa hari belakangan ini. Mungkin karena pola makan dan tidurnya yang tidak teratur atau ada penyebab lain yang tidak ia ketahui.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Blood
Romansa"Bagaimanapun, darahnya mengalir dalam tubuhku. Tidak sepantasnnya aku memiliki perasaan ini untuknya." Mentari berniat membalaskan dendamnya pada Bima Pamungkas, ayah biologisnya, atas perbuatannya yang telah meninggalkan ibunya saat sedang hamil d...