Tinggalkan like dan komentar ya.
>>>>>>>
BIMA
Sharon sudah tidak waras. Bisa-bisanya dia melakukan tindakan kriminal sekeji itu hanya untuk melampiaskan kemarahannya pada Mentari. Dia benar-benar nekat. Saya harus memberinya pelajaran agar dia tahu kalau saya tidak main-main dengan peringatan yang pernah saya ucapkan.
Sepulang dari apartemen, saya segera menuju kantor partai Sharon. Saya tahu dia berada di sana hari ini untuk melakukan rapat dengan petinggi-petinggi partai. Ini adalah momen yang tepat untuk memberinya pelajaran. Setibanya di kantor partai berlogo biru yang kadernya banyak diisi oleh artis itu, saya ditanyai oleh satpam yang berjaga di depan pintu masuk. Saya beralasan kalau saya hendak mengantarkan berkas Sharon yang ketinggalan dan mereka percaya. Setelah dipersilakan masuk, saya bergegas ke 4 lantai gedung itu. Saya sudah cukup hapal posisi ruangan di kantor ini karena sudah beberapa ke sini untuk mendampingi Sharon menghadiri acara partai.
Dua orang petugas keamanan berjaga di depan pintu aula yang tertutup rapat. Saya menerobos mereka dan mendobrak pintu aula di mana seluruh kader dan pimpinan partai berkumpul. Perhatian seluruh peserta rapat yang duduk dibalik meja panjang dan pimpinan forum yang berdiri di belakang podium seketika tertuju pada saya.
"Pak Bima? Ada apa ini?"
Pimpinan partai yang berdiri di balik podium itu turun dari panggung dan menghampiri saya. Dia menyuruh dua petugas keamanan yang berada di belakang saya pergi. Tidak heran melihatnya sedikit panik. Saya kenal betul siapa dia. Selain politikus, dia juga pengusaha—ada bisnis yang legal, ada juga yang ilegal. Salah satu bisnis ilegal yang dia jalankan adalah tambang batu kapur miliknya yang terdaftar atas nama keponakannya. Itu sudah menjadi rahasia umum di kalangan pengusaha tambang.
"Saya ke sini untuk memberi pelajaran pada pria selingkuhan istri saya."
Sharon berdiri dari tempat duduknya dan berjalan cepat menghampiri saya.
"Apa-apaan sih kamu!" pekiknya tertahan dengan suara berbisik.
Saya mengabaikannya dan kembali melanjutkan pembicaraan dengan pimpinan mereka yang akrab disapa Pak Husein itu.
"Apa Pak Husein tahu kalau di dalam partai Anda telah terjadi perselingkuhan sesama anggota partai?"
"Bima, please."
Sharon panik dan berusaha membawa saya keluar, tapi saya menahannya.
"Maksud Anda apa, Pak Bima? Saya tidak paham? Bisa kita bicarakan di ruangan saya?"
"Tidak perlu, Pak Husein. Saya kesini hanya ingin memberi pelajaran pada laki-laki yang sudah berani menggoda istri saya. Kalau saya tidak salah, namanya Arditama Wibowo."
Suara bisik-bisik seketika memenuhi aula. Wajah Sharon semakin pucat dan memelas, memohon agar saya berhenti mempermalukannya. Tapi saya tidak akan berhenti begitu saja. Dia sendiri yang memulainya.
"Kebetulan sekali Bung Ardi tidak ada di sini. Dia sedang turun ke lapangan untuk kampanye. Tapi Anda tidak perlu khawatir, saya selaku ketua partai akan memberikan tindakan tegas bagi siapapun yang melakukan perbuatan menciderai nama baik partai."
Pria berkumis tebal itu menatap tajam pada Sharon dan Sharon langsung menundukkan kepala.
"Terima kasih atas pengertiannya, Pak Husein. Saya harap Anda memberikan sanksi tegas pada mereka berdua. Karena jika tidak, maka saya sendiri yang akan membeberkan skandal ini ke media."
"Tentu," jawabnya cepat.
Di masa kampanye seperti sekarang ini, berita negatif sekecil apa pun bisa menjadi bahan gorengan media. Tentu saja dia tidak mau mengambil resiko kehilangan kepercayaan publik hanya karena skandal di dalam internal partai.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Blood
Romance"Bagaimanapun, darahnya mengalir dalam tubuhku. Tidak sepantasnnya aku memiliki perasaan ini untuknya." Mentari berniat membalaskan dendamnya pada Bima Pamungkas, ayah biologisnya, atas perbuatannya yang telah meninggalkan ibunya saat sedang hamil d...