🍁🍁
Khanza berjalan gontai menuju kelasnya, sepanjang koridor perempuan itu banyak menguap karena kurang tidur semalaman. Setelah ikut Raga untuk mencari Keisha hingga pulang larut malam, lalu ia tidak bisa tidur karena banyak nyamuk yang terasa mengerumuni dirinya semalam.
Ia juga mendapati stok lotion anti nyamuk habis di laci meja, kesialan menimpa Khanza semalam. Ia benar-benar tidak dikasih kesempatan untuk tidur oleh makhluk bernama nyamuk itu, matanya baru terpejam tiba-tiba banyak gigitan nyamuk di tubuhnya membuat mau tidak mau harus terbangun.
Baru saja masuk kekekas dan mendudukkan dirinya, ia mendapati map snelhecter berisi lembaran absensi kelas didalamnya.
"Apaan nih?" Khanza mendongak, menatap Ranti yang baru saja menyodorkan map tersebut.
"Sekarang absensi kelas lo yang pegang, gantiin Vino. Disuruh buk Maryam." kata Ranti, ia pergi dari hadapan Khanza untuk duduk ditempatnya.
"Kok gue sih, nggak ada yang lain gitu?" protes Khanza, menaruh map itu diatas meja Ranti.
"Wah Ran, ngebantah nih anak baru!" seru teman Ranti, yang tidak salah namanya Shelly setahu Khanza.
Khanza menatap dengan tajam, Shelly yang bersuara dari tempat duduk memanas-manasi Ranti. Perempuan yang menggunakan behel itu hanya menunjukkan wajah tengilnya, membuat Khanza ingin mencakar-cakar wajahnya.
"Lo kan anaknya mauan, jadi ya gue usulin ke buk Maryam lo aja yang gantiin Vino untuk jadi sekretaris kelas. Apa susahnya? Lo juga terbiasa caper ke guru kan, oh atau mau sekalian jadi ketua kelas, wakil, sama bendahara. Mau semuanya lo embat?" sambar Ranti dengan ucapannya cukup pedas.
Khanza hanya mampu diam ditempatnya sambil menahan emosinya, ia meremas pinggiran meja dengan kuat. Khanza memang pemberani tapi bukan berarti Ranti asal mengusulkan ke wali kelas untuk dirinya menggantikan posisi Vino sebagai sekretaris kelas, karena Vino baru pindah seminggu yang lalu.
Ranti seenaknya, tidak menanyakan dirinya lebih dulu tentang hal ini. Walaupun hanya hal sepele, Khanza tidak suka jika Ranti seenaknya dan tidak berdiskusi dulu dengan dirinya.
Dengan cepat Khanza mengambil kembali absensi yang ia letakkan tadi dimeja Ranti, ia membuka satu persatu lembar didalamnya. Mulai mengisi jurnal absen, yang belum terisi.
"Males banget deh megang absen," gerutu Khanza, dengan jari-jarinya yang memegang pulpen bergerak diatas kolom-kolom kecil.
"Za, absen gue yang minggu lalu jangan di alpa dong." Fikran muncul dari belakang, mengangetkan Khanza.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA
Teen FictionRaga Artajiwa. Seperti namanya, Raga. Dia Raga untuk Keisha, dan juga Raga untuk Khanza. Bagi Keisha Lavanya, Raga tidak hanya sekedar sahabat tapi juga tempat berpulang dari segala gundah yang terjadi, Raga tempatnya berkeluh-kesah dari segelintir...